Mohon tunggu...
Sekar Ayu
Sekar Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Kecil Berharap Bisa Bermanfaat Besar.

menulis adalah bagian dari mengeluarkan energi dan isi kepala, saat sibuk bertanya dan menganalisa dari sudut pandangku. #ssayuf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan Berdaya, Perempuan yang Mampu dan Yakin untuk Memilih

17 Maret 2022   17:17 Diperbarui: 18 Maret 2022   13:05 2241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.azquotes.com/author/3506-Marie_Curie

Saya selalu berpikir, bagaimana jika pilihan setiap perempuan seragam? bagaimana jika semua perempuan memutuskan untuk bekerja 9 to 5 pm di luar rumah, atau semua memilih menjadi ibu rumah tangga? rasanya jadi aneh ya. 

Karena dalam kehidupan tidak ada keseragaman, semua memiliki ceritanya, alurnya dan prosesnya masing-masing. Namun yang harus menjadi catatan adalah keseragaman untuk mempunyai hak memilih tanpa paksaan, tuntuan atau kecemasan apapun. 

Kita sering mendengar kalimat empowered woman atau dalam bahasa Indonesia berarti perempuan berdaya. Well, pertama kita harus memiliki pemahaman apa yang dimaksud dengan perempuan berdaya. 

Daya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak: bangsa yang tidak bersatu tidak akan mempunyai -- untuk menghadapi agresi dari luar; 2 kekuatan; tenaga (yang menyebabkan sesuatu bergerak dan sebagainya); 3 muslihat: ia melakukan segala tipu -- untuk mencapai maksudnya; 4 akal; ikhtiar; upaya: ia berusaha dengan segala -- yang ada padanya;

sedangkan perempuan artinya adalah, perempuan/pe*rem*pu*an/ n 1 orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita; 2 istri; bini: -- nya sedang hamil; 3 betina (khusus untuk hewan);bunyi -- di air, pb ramai (gaduh sekali).

Jadi dapat diartikan perempuan berdaya adalah manusia yang mempunyai kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. 

Hal ini mungkin banyak  disalahartikan perempuan berdaya harus bekerja, harus mandiri secara finansial, bahkan mungkin perempuan berdaya adalah perempuan yang tidak takut pada apapun "alpha female". 

Standar sosial yang ada menunut perempuan, terutama ibu untuk dapat berperan dalam segala aspek kehidupan. Sebut saja perannya sebagai Ibu, Istri (pasangan), Keluarga, dan masyarakat sosial. 

Peran-peran itu tidak jarang akhirnya membuat expetasi terhadap perempuan, Istri/Ibu menjadi besar. Perempuan harus mampu mengurus rumah, menjadi pendengar suami, mengatur kebutuhan rumah tangga, sampai urusan memasak. Adanya tuntutan akan expetasi sosial ini akhirnya membentuk pola pikir kita, merasa tidak sempurna ketika kita tidak mampu memenuhi expetasi itu. 

Padahal untuk mampu berperan besar seperti itu, kita perlu kendaraan yang kuat dan kokoh yaitu diri sendiri. Kita sering sekali melupakan siapa kita, mau apa kita dan fokus pada pencapaian yang membuat orang lain tenang. Sebut saja, keharusan untuk mampu memasak agar dibilang istri yang sempurna. 

Akhirnya kita jadi sering menghakimi diri sendiri dengan bilang, "Lo gak bisa kayak dia, dia bisa tuh kerja kantoran tapi juga bisa ngurus suami dirumah, masak dll" atau "Gila ya, sampai sekarang gue gak bisa masak. selalu aja dapat komplain dari mertua dari orang tua." atau "Udah lama nikah belum punya anak, kayaknya gue emang  bukan perempuan sempurna". 

Sayangnya standarisasi sosial itu sudah mengakar dan bertumbuh pada setiap generasi. Untuk memutusnya, kita harus kuat terlebih dahulu. Diri yang kuat dimulai dengan kemampuan diri mengenal dirinya lebih dalam, berteman dengan dirinya, berteman dengan masa lalunya, berterima kasih dan bersyukur atas segala apa yang terjadi karena kita punya keyakinan (Iman). 

Menjadi perempuan berdaya tidak harus unjuk gigi ditengah masyarakat, tidak harus di agungkan dan dibanggakan banyak pihak. Menjadi berdaya adalah keharusan setiap insan, bukan hanya perempuan tapi semua. Ketika kita mampu berdaya, maka kita juga akan mampu memangkas standarisasi sosial yang ada dengan pikiran terbuka. Saling dukung terhadap sesama perempuan, bukan menjatuhkan dan saling membandingkan. 

Kita hanya perlu mengetahui apa yang penting bagi kita. Memahami apa yang benar-benar penting bagi kita tidak lepas dari nila-nilai yang kita utama yang kita junjung "core values".  Tiap manusia memiliki pilihan yang berbeda-beda, dan tidak apa menghargai adalah cara paling baik untuk itu.  Ketika kita sudah mampu menyadari core values maka kita akan mudah untuk menciptakan pilihan kita sendiri.

Semua dalam kehidupan diciptakan dengan alasan dan makna di baliknya. Ketakutan lah yang kadang membuat kita sulit melangkah. Jika kamu sudah yakin dan percaya atas pilihan mu maka jangan taruh lagi cela kecemasan di antaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun