KATA BIJAK MANG ATENG
Sejo Fakhar
Aku punya HP canggih loh, tak tau entah kenapa! HP canggihku ini dibeli ketika bulan suci tiba, suci dari godaan pemimpin yang terkutuk. Betapa tidak-Aku sering melihat hal-hal yang aneh, tapi nyata. Baru kali ini Aku melihatnya di layar HPku
Jadi begini, ketika konstelasi politik kampus itu datang; Pemilihan Umum Mahasiswa (PUM). Mahangciwa dan Mahangciwi itu gigih dan semangat mengirimkan pamflet bakal calon Presma, Dema, Sema, Hmj~ yang mereka dukung. Semangat mencari kartu perpustakaan, kartu tanda mahangciwa, tujuannya agar menjadi juara politik kampus. Selain itu-Kata-kata, jargon, visi dan misi di dalam pamfletnya pun bervariasi. Ada yang "Membangun ini, janji ini-itu, kampanye sana-sini"
Ketika saat itu pula, pamflet si calon itu berubah wajahnya di layar HPku menjadi menyeramkan. Kepalanya bertanduk dua, matanya merah berdarah, yang paling aneh itu mulutnya entah kemana, hilang dan rata seperti dicrop. Zerius Vroh!
Lantas, Aku berfikir keras tentang foto pamflet yang ada di HPku. Aku mencari jawaban ke sana-sini tak kunjung dapat. Terlihat bapak-bapak yang sedang melamun, sembari menghisap rokok, mengepulkan asapnya di udara. Konon, kata mahasiswa WIN, bapak itu orangnya penuh misteri dan keanehan, tau segalanya, ilmunya dapat menandingi kiayi atau filsuf. Mang Ateng namanya, beliau bekerja sebagai tukang bebersih di kampus WIN, mungkin itulah cara kerendahan hatinya.
Ketika aku menanyakan tentang foto pamflet yang ada di HPku, mata Mang Ateng langsung terbelalak, sorotnya tajam, raut wajahnya mengkerut tegang
"Mmmoal beres jalema ie mah, tukang bohong, ngan bisa ngomong doang (Gak beres orang inimah, bisanya cuma omdo" gumamnya
Aku semakin penasaran akan ucapan mang Ateng
"Maksudna kumaha Mang. Urang can ngarti? (Maksudnya gimana mang. Saya belum paham?)" Tanyaku
"Jadi begini, maksud foto itu adalah orang-orang yang suka beringkar janji, tapi nihil bukti. HPmu ini sudah bisa membaca ke masa depan seseorang, seperti aplikasi Face App, yang bisa merubah wajah muda menjadi tua, hehe." jawabnya sembari tertawa terbahak-bahak.
"Memangnya berjanji itu tak boleh Mang?" tanyaku penasaran