Mohon tunggu...
Sefrita Danur
Sefrita Danur Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis di RSJ Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena Menunda: Kalau Tidak Sekarang, Kapan Lagi?

21 Juli 2021   10:24 Diperbarui: 21 Juli 2021   10:37 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 "Ok nanti aja, gampanglah, masih ada waktu, istirahat dululah, belum bisa fokus, atau nunggu mood oke ah". Familiar dengan ungkapan atau pikiran tersebut? Ya, hal ini terjadi pada sebagian besar orang ketika harus melakukan dan menyelesaikan suatu tugas. Menunda-nunda pekerjaan biasanya berakhir dengan menyelesaikan tugas terburu-buru dengan hasil seadanya. Tidak jarang menunda-nunda juga menjadikan seseorang tidak puas dengan hasil kerjanya dan menyesal kenapa tidak mengerjakannya lebih awal yang pada akhirnya muncul perasaan menyalahkan diri sendiri, stres, frustrasi dan bahkan depresi.

Menunda-nunda atau dalam istilah psikologinya disebut Procrastination. Procrastination berasal dari bahasa latin yaitu  'Pro' (Teruskan mendukung) dan 'Crastinus' (besok) dan mengacu pada menghindari tugas atau menundanya ke waktu yang lebih lama dan sering kali tidak ditentukan secara jelas (Devi dan Dhull, 2017). Secara umum Prokrastinasi dapat diartikan menjadi kecenderungan menunda untuk memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas ataupun tugas.

Hal ini juga sering terjadi pada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas perkuliahan. Contohnya saat mengerjakan tugas akhir yang merupakan bentuk prokrastinasi akademik, mahasiswa pada umumnya mengetahui rentang waktu untuk mengerjakan setiap Bab skripsinya agar dapat selesai pada waktu yang ditentukan. Namun seringkali godaan nongkrong bersama teman di cafe, bermain game, bersosial media dan menonton film sembari rebahan yang ditemani beberapa cemilan lebih mencuri perhatian untuk dilakukan. Pada dasarnya penundaan ini terjadi bukan hanya karena malas atau hanya sekedar tidak mampu mengatur waktu, namun dapat disebabkan oleh beberapa kondisi psikologis lainnya.

Dalam berbagai jurnal penelitian dikemukakan bahwa prokrastinasi bukan hanya hal sederhana terkait manajemen waktu yang buruk. Prokrastinasi juga dilatarbelakangi oleh dinamika psikologi yang kompleks. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Fee & Tangney (2000) bahwa prokrastinasi adalah proses kompleks yang melibatkan komponen afektif, kognitif, dan perilaku.

Orang yang melakukan penundaan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas-tugasnya secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama orang yang terpaksa menunda karena banyaknya aktivitas penting lainnya yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Kedua orang yang tidak berniat menunda namun muncul beragam alasan remeh yang pada dasarnya dapat mereka kesampingkan sehingga mereka tidak kuasa untuk mengeksekusi tugas dengan cepat hingga deadline sudah dihadapan mata.

Chu dan Choi (2005) membedakan penundaan atau prokrastinasi menjadi dua yakni aktif dan pasif. Secara kognitif, penunda pasif tidak bermaksud untuk menunda, tetapi mereka sering menunda tugas karena ketidak mampuan mereka untuk membuat keputusan dengan cepat dan bertindak dengan cepat. Namun sebaliknya penunda aktif, memiliki kemampuan kognitif, kemampuan bertindak dan mengambil keputusan pada waktu yang tepat. Jadi penunda aktif memiliki alasan yang jelas karena adanya prioritas lain yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Mengutip dari Maggie Heath (2020) kondisi orang yang melakukan penundaan pasif dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya sikap perfeksionis, takut akan kegagalan, kurangnya kontrol diri dan mengandalkan tekanan.

Keinginan untuk melakukan segala sesuatu dengan sempurna (perfeksionis), sehingga tanpa disadari seseorang melakukan penundaan karena khawatir tidak menyelesaikan tugas dengan sempurna dan terkadang menunda karena sudah kelelahan untuk mengatasi kritik terhadap ketidak sempurnaan yang muncul dari pikiran sendiri. Sebuah studi meta analisis yang dilakukan oleh Sirois, Molnar dan Hirsch (2017) menegaskan bahwa mereka yang memiliki kecenderungan perfeksionis juga lebih cenderung melakukan penundaan.

Perasaan takut gagal, orang yang takut gagal sering melakukan penundaan, sehingga keterlambatan atau keterbatasan waktu dapat menjadi alasan kamuflase dari kegagalan atau bahkan tidak melakukannya sama sekali. Pikiran bawah sadar yang muncul tentu tidak akan ada sebuah kegagalan ketika kita tidak melakukan sesuatu. Kurangnya kontrol diri dapat menjadi penyebab penundaan berikutnya. Kontrol diri bukan hanya terkait menahan emosi marah yang meledak-ledak namun juga disiplin dalam melakukan berbagai hal yang menjadi tugas kita. Orang yang tidak disiplin tentu akan sulit menyelesaikan tugas dengan tepat waktu karena pengaturan waktu yang berantakan.

Mengandalkan tekanan deadline tugas, sangat banyak ditemui pada mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir bahkan pada individu dalam dunia kerja. Kondisi ini terkadang memang sangat efektif untuk dapat menyelesaikan tugas dengan segera, akan tetapi tak jarang kesalahan sederhana yang pada dasarnya dapat dihindari sering luput diperhatikan karena harus terburu-buru meyelesaikannya. Hal lain yang kurang menjadi perhatian ketika menunda dan mengandalkan deadline ini adalah terkait kesehatan, karena tentu anda tidak memiliki waktu istirahat yang cukup yang dalam jangka panjang akan memunculkan beragam keluhan fisik.

Selain hal diatas, dalam praktik saya selama beberapa tahun terakhir, pada beberapa klien tanpa mereka sadari kemarahan terhadap seseorang menjadi penyebab penundaan. Menunda menuntaskan tugas baik dalam pendidikan atau pekerjaan dikarenakan oleh kemarahan kepada orang terdekat atau orang yang mengandalkan mereka. Situasi ini tentu memiliki dinamika psikologis yang kompleks pada aspek afektif, kognitif, dan perilaku hingga seseorang sampai melakukan penundaan terhadap tugas yang dilakukannya.

           Berikut beberapa tips yang dapat anda lakukan saat terjebak dalam kondisi menunda-nunda pekerjaan:

  • Kenali penyebab utama dan kondisi emosi saat melakukan penundaan.
  • Lakukan relaksasi pernafasan agar anda dapat merasa lebih tenang.
  • Sadari kemampuan yang mendukung penyelesaian tugas yang sedang dihadapi.
  • Bagilah tugas yang tergolong besar menjadi bagian-bagian kecil dan susun kedalam jadwal yang dapat di jalankan.
  • Bangun kebiasaan disiplin terhadap jadwal yang telah disusun.
  • Bagi anda yang cenderung perfeksionis, sadari bahwa kesalahan itu adalah hal wajar dan tidak realistis jika menuntut diri untuk sempurna.
  • Ketika anda menunda karena takut gagal, sadari hasil yang tidak ideal akan memberikan kepecayaan diri dibandingkan anda tidak melakukan sama sekali.
  • Segera mencari bantuan profesional psikolog klinis untuk membantu mengatasi kebiasaan prokrastinasi yang sudah kronis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun