Mohon tunggu...
Sefrian RullisMangen
Sefrian RullisMangen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya mahasiswa UKSW

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Siswa New Normal

25 November 2021   12:00 Diperbarui: 25 November 2021   12:03 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

New Normal akhirnya terwujud di negara Indonesia setelah melewati berbagai kebijakan untuk membatasi pergerakan masyarakat terutama siswa dimana bertujuan mengurangi klaster Covid-19 diberbagai daerah Indonesia. 

Media informasi Kompas pedia menjelaskan bahwa, Kebijakan yang diwujudkan untuk mengurangi peningkatan pandemi ini dari PSBB, PSBB Transisi, PPKM Darurat, hingga PPKM empat level, dan yang terakhir ini terwujudnya kebijakan baru dari pemerintah yaitu New Normal. 

New normal menurut Prof Wiku Adisasmita, selaku Ketua Tim Pakar gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam media informasi Suara.com menjelaskan arti New Normal, bahwa new normal merupakan bentuk adaptasi tetap beraktivitas dengan mengurangi kontak fisik dan menghindari kerumunan. 

Ada juga anggota pemerintah indonesia yaitu bapak Yuri mengatakan, tatanan, kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat inilah yang kemudian disebut sebagai new normal.

Pemberlakuan New Normal yang ditetapkan oleh pemerintah, telah menuntut masyarakat untuk mempunyai sikap disiplin tinggi dan pengawasan yang begitu ketat dari pemerintah guna menghambat penyebaran Covid-19. 

Meski pemerintah sudah melakukan cara untuk menurunkan angka penularan Covid-19 ,tetapi siswa belum sepenuhnya luring/ tatap muka ada siswa yang masih tetap diberlakukan pembelajaran daring atau jarak jauh. Lalu bagaimana mengatasi semua ini dengan kebijakan baru ?

Edukasi Siswa 

Memasuki New normal ini bukan berarti seluruh siswa sudah melakukan pembelajaran tatap muka tetapi pemerintah menghimbau kepada pihak sekolah untuk memberi edukasi kepada siswa agar mampu beradaptasi dengan situasi belajar di tengah pandemi. 

Banyak siswa yang takut masuk sekolah saat mereka mendapat giliran Pembelajaran Tatap Muka, berbagai alasan yang dikeluarkan oleh siswa salah satunya tidak memahami materi yang diberikan guru pada waktu pembelajaran daring atau jarak jauh. 

Nah disini yang menjadi masalah dikarenakan pihak sekolah belum memberikan edukasi secara baik kepada siswa untuk beradaptasi dengan suasana pandemi Covid-19.

Dalam bidang pendidikan hambatan yang terjadi pada saat diberlakukan new normal ini adalah siswa mengalami kendala dalam Akses internet yang tidak lancar atau jaringan internet bermasalah, tidak semua siswa yang orang tuanya memiliki ponsel, orang tua ssiwa yang gaptek membuat siswa harus belajar dengan sendirinya, kurangnya pengawasan dari orang tua disebabkan siswa tidak mengikuti pembelajaran daring dengan maksimal. (kiriman media informasi kompasiana.com pada 28 Desember 2020 yang diperbarui pada 26 April 2021. 

Disini saya sebagai penulis juga mengamati masalah yang terjadi dilingkungan saya yaitu daerah kaliwungu, semarang. Dimana anak -- anak sekolah juga banyak yang mengalami kesulitan saat pembelajaran daring,dikarenakan didaerah saya banyak orang tua yang bekerja buruh sehingga anaknya hanya dipinjami handphone dan disuruh belajar sendiri, semakin lamanya pembelajaran daring terjadi banyak siswa yang merasa bosan dan tidak minat lagi untuk mengikuti pembelajaran dengan benar,mereka hanya bermalas -- malasan bahkan juga sering meninggalkan kelas daring yang diadakan oleh guru. 

Hampir 60% siswa SMP dan SMA dilingkungan saya, mereka mengerjakan tugas secara asal -- asalan dan itu sudah melewati batas pengiriman tugas atau bisa dikatakan terlambat kumpul tugas. 

Muhlison membuat pernyataan di media informasi Artikel Guru, mengibaratkan pandemi sebagai hambatan bagi anak -- anak penerus bangsa. bahwasannya Siswa mengalami banyak masalah dalam dirinya pada saat mulai diadakannya pembelajaran jarak jauh dari bulan Maret 2020 sampai saat ini,yaitu seperti keterbatasan SDM, keterbatasan sarana prasaranya seperti Handphone, kesulitan akses internet, keterbatasan kuota internet, kurang fahamnya siswa akan materi yang sudah dijelaskan, mudah jenuhnya siswa dengan pembelajaran. 

Lalu apa yang bisa kita lakukan kepada siswa agar tidak mengalami hambatan tersebut ? 

Muhlison dan guru lain akhirnya menemukan solusi yang bisa dilakukan yaitu menyusun kurikulum darurat merupakan penyederhanaan jumlah KD yang mengacu pada K-2013. Ini akan memudahkan proses pembelajaran siswa pada masa pandemi. 

Bersama Sekolah 

pada 5-8 Juni 2020 UNICEF menyelenggarakan Survei mengenai siswa lebih memilih daring atau luring, Selama survei, UNICEF menerima lebih dari 4.000 tanggapan dari siswa di 34 provinsi Indonesia, melalui kanal U-Report yang terdiri dari SMS, WhatsApp, dan Messenger. Hasil survei menyebut, sebanyak 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 propinsi mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 87 persen siswa ingin segera kembali belajar di sekolah. diupload melalui media informasi kompas.com pada Rabu, 24 Juni 2020. 

Kiriman iNewsJateng.id yang ditulis oleh Tata Rahmanta memberitakan bahwa Kabupaten Boyolali mulai digelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara bergantian pada 2 september 2021. Dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, siswa yang datang harus menggunakan masker, cuci tangan, hand sanitizer, cek suhu badan, mengambil nomor dan masuk kelas. 

Diambil dari pengimplementasian yang sudah terjadi disuatu sekolah wilayah Boyolali tepatnya SMA Negeri 2 Boyolali, dimana pihak sekolah telah berinisiatif untuk merencanakan berbagai cara edukasi yang efektif kepada siswanya agar bisa beradaptasi dengan lancar. 

Sekolah menggunakan cara asik untuk pembelajaran menggunakan aplikasi classroom selalu mengirimkan video penjelasan yang menarik, memberi pemahaman kepada siswa akan bahayanya pandemi dengan menggunakan poster menarik, lalu akhir -- akhir ini juga diadakan tatap muka secara bergiliran, mengajak siswa untuk mengefektifkan penggunaan media digital untuk hal positif seperti membaca buku perpustakaan secara digital etah novel, anime, cerita, dll. Lalu siswa diajak membuat video atau poster kreatif tentang Covid-19 untuk diupload dimedia sosial ( uploadan IG sman2boyolali ).

Edukasi yang efektif menjadi suatu pemikiran positif bagi siswa akan pentingnya menjaga diri pada saat pandemi Covid-19,lalu mereka juga merasa semangat untuk menghadapi pelajaran daring dan tidak mudah bosan untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh, edukasi yang efektif ini sangan berpengaruh besar bagi siswa agar mereka tidak merasa takut jika mendapat giliran luring/ tatap muka. 

Dengan ini, harus melibatkan banyak pihak untuk ikut serta mewujudkannya edukasi yang efektif kepada siswa ini tentunya bertujuan untuk menumbuhkan motifasi belajar yang baru untuk siswa agar siswa mudah beradaptasi dengan suasana pandemi saat ini. 

Dan pihak yang terlibat itu entah dari pihak orang tua, siswanya sendiri, serta pihak sekolah khususnya guru. Dengan banyaknya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak siswa akan mudah untuk beradaptasi pada keadaan saat ini.

Sefrian Rullis Mangen mahasiswa PGSD UniversitasKristen Satya Wacana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun