Mohon tunggu...
Sefionaa Elvii
Sefionaa Elvii Mohon Tunggu... mahasiswa

i am a student from the language study program

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Metafora dan Simile dalam Bahasa

12 Oktober 2025   13:21 Diperbarui: 12 Oktober 2025   13:21 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana mengekspresikan perasaan dan imajinasi manusia. Dalam karya sastra, bahasa digunakan untuk menyampaikan keindahan dan makna yang mendalam. Penggunaan gaya bahasa atau majas membuat kalimat lebih hidup dan menarik dibaca. Dua gaya bahasa yang sering digunakan adalah metafora dan simile. Keduanya merupakan majas perbandingan yang memberi daya imajinatif dalam bahasa. Namun, cara keduanya membandingkan sesuatu memiliki perbedaan yang cukup jelas.

Metafora adalah majas perbandingan yang menyamakan dua hal secara langsung. Metafora tidak menggunakan kata pembanding seperti seperti, bagai, atau laksana. Dua hal yang berbeda dianggap memiliki kesamaan dalam sifat atau makna. Metafora membuat bahasa menjadi lebih padat, simbolik, dan penuh makna. Contohnya terdapat dalam kalimat "Waktu adalah pedang." Kata pedang bermakna kiasan, bukan senjata sebenarnya. Maknanya menunjukkan bahwa waktu sangat berharga dan dapat melukai jika disia-siakan. Metafora mengubah arti literal menjadi bentuk kias yang lebih indah. Gaya bahasa ini sering muncul dalam puisi, cerpen, dan novel. Metafora membantu penulis menyampaikan perasaan tanpa mengungkapkannya secara langsung. Metafora juga menjadi jembatan antara bahasa dan emosi manusia. Dengan metafora, pengalaman batin dapat diubah menjadi ungkapan yang estetis.

Metafora memiliki beberapa ciri utama yang membedakannya dari majas lain.
Pertama, metafora tidak menggunakan kata pembanding.
Kedua, perbandingan dilakukan secara langsung tanpa tanda perbandingan.
Ketiga, makna dalam metafora bersifat simbolik dan tidak sebenarnya.
Keempat, metafora menimbulkan kesan padat, tegas, dan imajinatif.
Kelima, gaya bahasa ini sering muncul dalam karya sastra dan puisi.
Contohnya adalah kalimat "Dia bunga desa." Kata bunga di sini menggambarkan seseorang yang cantik dan menawan. Kalimat "Hatinya batu" melambangkan seseorang yang keras dan tidak mudah tersentuh. Melalui metafora, penulis menciptakan kekuatan makna yang sulit dilupakan.

Simile adalah majas yang membandingkan dua hal secara tidak langsung. Simile menggunakan kata pembanding seperti seperti, bagai, laksana, atau umpama. Simile menonjolkan kemiripan sifat antara dua hal yang dibandingkan. Tujuan simile adalah membuat perbandingan lebih jelas dan mudah dibayangkan. Contohnya terdapat pada kalimat "Senyumnya seperti mentari pagi." Perbandingan ini menggambarkan senyum yang hangat dan menenangkan. Simile menampilkan keindahan dengan cara yang lembut dan deskriptif. Berbeda dari metafora, simile bersifat lebih langsung dan konkret. Simile banyak digunakan dalam puisi dan prosa romantis. Bahasa yang menggunakan simile terasa lebih hidup dan mudah dipahami. Simile membantu pembaca membayangkan suasana yang digambarkan penulis. Oleh karena itu, simile menjadi salah satu gaya bahasa paling populer.

Perbedaan Metafora dan Simile

Metafora dan simile sama-sama menggunakan perbandingan dalam kalimat. Perbedaan utamanya terletak pada cara keduanya menyampaikan perbandingan. Metafora membandingkan dua hal secara langsung tanpa kata pembanding. Simile membandingkan dua hal dengan bantuan kata pembanding tertentu. Contoh metafora: "Dia bintang kelas." Contoh simile: "Dia bersinar seperti bintang." Metafora memberikan kesan tegas, padat, dan penuh makna simbolik. Simile terasa lebih lembut, realistis, dan mudah dipahami. Keduanya sama-sama memperindah bahasa dan memperkaya gaya penulisan.

Metafora dan simile merupakan dua bentuk keindahan dalam bahasa. Keduanya memperkaya cara manusia menyampaikan pikiran dan perasaan. Metafora menggambarkan perbandingan secara langsung dan simbolik. Simile menampilkan perbandingan dengan kata pembanding yang lembut. Melalui dua gaya bahasa ini, bahasa menjadi lebih hidup dan ekspresif. Metafora mengajak pembaca berpikir lebih dalam terhadap makna kata. Sementara simile membantu pembaca membayangkan suasana secara jelas. Keduanya menjadi bagian penting dalam dunia sastra dan komunikasi. Dengan memahami metafora dan simile, kita dapat memperindah tulisan sendiri. Bahasa menjadi jendela rasa, dan majas adalah warna dalam jendela itu. Kata-kata bukan hanya bunyi, tetapi juga cermin keindahan pikiran manusia. Melalui metafora dan simile, bahasa berubah menjadi karya yang penuh jiwa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun