Program Green Campus semakin diprioritaskan karena meningkatnya isu pemanasan global dan perubahan iklim. Problematika ini bukan sekedar isapan jembol belaka, dan merupakan masalah lingkungan yang harus segera diatasi. Salah satu program Green Campus adalah diadakannya Green House.Â
Green House merupakan sebuah lahan yang dimanfaatkan menjadi sebuah rumah untuk pembudidayaan tanaman, serta melindungi tanaman dari cuaca ekstrem yang tak menentu serta bahan kimia berbahaya dari udara di sekitarnya.Â
Namun sangat disayangkan sekali penyokongan mengenai program Green Campus ini tidak memperhitungkan serta mempertimbangkan mengenai efek dari salah satu program tersebut. Green House yang diprogramkan, dirancang akan dibangun dengan menggunakan atap kaca.
Bumi menjadi hangat karena adanya cahaya matahari dengan radiasi gelombang pendek yang menyentuh permukaan bumi, dimana cahaya yang sampai ke bumi akan berubah menjadi energi panas.Â
Adanya radiasi infra merah gelombang panjang membuat sebagian panas akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke luar angkasa. Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi (gas rumah kaca seperti: uap air, karbondioksida / CO2 dan metana) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi.
Peristiwa yang terjadi sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, peristiwa ini lebih dikenal dengan Efek Rumah Kaca (Green House Effect = GHE).Â
Dengan adanya Efek Rumah Kaca ini membuat suhu permukaan bumi lebih hangat dan layak ditempati manusia, namun di era gempuran isu pemanasan global (Global Warming) berbagai pihak mengusung program untuk meminimalisir pemanasan global. Namun, terdapat beberapa pihak yang tidak mengindahkan komponen terkecilnya, yang mana seharusnya meminimalisir justru bernada sebaliknya.Â
Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas Karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin banya jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfir , maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi.Â
Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik . Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca. Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi . Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbondioksida di atmosfir.
Joseph Fourier tahun 1824 merupakan orang yang pertama kali mengusulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca hanya terjadi pada planet-planet yang mempunyai lapisan atmosfer seperti Bumi, Mars, Venus, dan satelit alami Saturnus (Titan). Â Penyebab dari efek rumah kaca antara lain naikknya konsentrasi gas Karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer.Â
Adanya peningkatan konsentrasi gas CO2 beserta gas-gas lain di atmosfer maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfer. Jadi, semakin banyak jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer, maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi, yang mengakibatkan suhu permukaan bumi akan naik.