Bagaimana mungkin aku akan mendekat kepadamu, walau rasa rinduku kian menggebu. Karena aku memahami rasaku adalah belum tentu rasamu. Â Kebahagiaanku mungkin adalah dukamu. Biarkan rasa ini aku pendam hingga kulit dan nafas menyatu dengan Kerikil-kerikil dan lapisan-lapisan bumi.
Atau kita sama. Sama-sama memendam rasa itu, tapi kau bukan miliku, akupun bukan milikmu.
Pandangankupun tertunduk, hingga siangpun tak berani membukakan satir-satir hitamnya.
Pagipun berlahan-lahan merunduk runduk memberanikan diri menyentuh punggungku dengan agak malu. Dan akupun tersenyum dan dengan suara agak pelan aku menyambutnya dengan ucapan "selamat pagi"
Awal yg baru, akupun mulai menggoreskan penaku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI