Mohon tunggu...
Luna Aulia Rahma
Luna Aulia Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Manajemen di Universitas Airlangga

Biasa akrab dipanggil Luna.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Panggung Sunyi: Jatuh, Tersungkur, dan Bahagia

8 Desember 2024   23:00 Diperbarui: 8 Desember 2024   23:35 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/1rHKCv8BB

Seringkali kita kecewa terhadap skenario ekspektasi yang kita buat sendiri. Asa yang telah dirancang dengan serapi-rapinya masih tetap saja berujung linangan air mata. Wajar saja, karena kita manusia yang tidak dapat menentukan bagaimana ujung dari persoalan hidup. Rasa kecewa tersebut akhirnya muncul karena satu hal, pengkhianatan.

Bagaimana rasanya dikhianati oleh realitas? Tentu saja menderita, kawan. Lelah rasanya bertarung dengan isi pikiran yang terus berkecamuk. Kita hidup di dunia yang penuh lika-liku dan terkadang misterius. Setiap harinya kita selalu bertemu dengan banyaknya kesibukan dan beragam manusia yang berbeda. Mendengar tawa manusia lain yang seakan-akan tak ada beban terasa semakin menyesakkan dada, yang kemudian membuat kita seolah-olah selalu ditimpa kesialan dunia.

Coba pejamkan mata sejenak beberapa detik, tahan dalam ketenangan, dan hembuskan dengan nyaman. Aku tahu rasanya pasti sesak, bukan? Entah seberapa dalam kamu memendamnya, percayalah bahwa kamu adalah orang yang kuat. Jika kamu merasa tidak berguna untuk hidup, ingatlah bahwa setiap dari kita adalah pemeran utama di teater kehidupan kita sendiri.

Dalam teater kehidupan kita, tentunya kita memiliki orang yang kita sayangi, sesuatu yang kita anggap berharga, dan banyak hal lainnya yang kita anggap penting. Begitulah dengan mereka, semuanya sama. Setiap teater memiliki peran utama, peran pendukung, atau bahkan peran figuran yang membantu meramaikan cerita. Semuanya memiliki peran di masing-masing cerita, saling melengkapi satu sama lain. Meski nantinya di teater yang berbeda kita bukanlah peran utamanya, atau bahkan menjadi pameran figuran yang hanya berlalu-lalang kemudian dilupakan, kita harus tetap menjalankan peran hingga akhir teater itu berakhir dengan sempurna. Layaknya hidup, terkadang kita tidak bisa selalu mendapatkan yang kita harapkan dan inginkan.

Gagal meraih apa yang kita inginkan bukan berarti gagal menjadi manusia, kawan. Ketika merasa gagal saat mencoba suatu hal, percayalah, bahwa akan ada satu tabungan kebaikan yang akan datang di lain hari. Bersinarlah dalam memerankan skenario teater hidup kita dengan baik. Selalu lihat ke depan, lupakan hal yang menyesakkan jiwa, masing-masing diri kita berhak bahagia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun