Mohon tunggu...
Moh Ichsean Maulana
Moh Ichsean Maulana Mohon Tunggu... Human Resources - HR Practitioner at Local Start Up Company

Penulis adalah praktisi HRD, aktivis muda Muhammadiyah, dan pembelajar Hukum yang bercita-cita menjadi Legal Corporate.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Menakar Keberpihakan Penegakan Hukum pada Tragedi Kanjuruhan

25 November 2022   21:11 Diperbarui: 1 Desember 2022   16:21 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Angka ini tentunya belum termasuk dengan apa yang terjadi di tragedi Kanjuruhan. Penggunaan gas air mata yang serampangan -yang katanya sudah sesuai SOP-, arogansi oknum-oknum aparat yang ingin terlihat perkasa dengan brutal dan beringas memukuli juga menendang suporter, hingga tiadanya kesadaran nurani untuk bertanggung jawab oleh pejabat aparat terkait yang selalu berlindung di balik kata "sudah sesuai SOP". 

Jangankan merasa bertanggung jawab, meminta maaf atas nama institusi pun terkesan enggan terucap dari institusi sakti ini, meski belakangan pejabat terkait akhirnya dicopot dan digantikan oleh pejabat lain yang tidak kalah problematik.

Dalam hal ini, harusnya pejabat Kepolisian Indonesia bisa meneladani pejabat Kepolisian Korea yang langsung membungkuk meminta maaf lalu mengundurkan diri dengan legowo pasca tragedi Hallowen di Itaewon beberapa waktu lalu yang juga merenggut ratusan nyawa.

Selanjutnya ada faktor panitia pelaksana dan televisi (baca: Indosiar) yang melulu mementingkan rating semata pun tentu tidak luput dari keharusan bertanggung jawab dalam tragedi ini. Jam tayang pertandingan yang terlalu larut malam mengingat laga Derby Jatim -Arema melawan Persebaya- termasuk satu diantara laga terpanas liga Indonesia menjadikan faktor keletihan suporter dan teknis pengamanan yang sudah buruk menjadi semakin runyam.

Asosiasi dalam hal ini PSSI mestinya menjadi pihak yang paling harus bertanggung jawab dan sesegera mugkin mesti berbenah total, karena tata kelola organisasi yang buruk akan selalu berimbas ke semua lini sepak bola Indonesia. Kinerja buruk mereka bisa tergambarkan dengan bagaimana mayoritas stadion-stadion yang terverifikasi PSSI justru sangat buruk dari segi infrastruktur dan fasilitasnya.

Stadion yang tidak bisa menjamin kenyamanan dan keamanan suporter tentunya akan menjadikan sebuah pertandingan sepak bola menjadi sebuah tontonan yang sama sekali tidak layak untuk ditonton. Sebab tidak ada satu pertandingan pun yang seharga dengan sebuah nyawa.

Dalam analisa yang objektif, suporter yang belum dewasa dalam bersikap mengambil peran tersendiri dalam tragedi tersebut, ketidaksabaran dan kurangnya sportifitas menerima kekalahan tentunya menjadi salah satu faktor diantara banyak faktor di atas.

Namun jangan salah paham. Semua karakter suporter sepak bola di seluruh penjuru dunia seperti Jerman, Turki, Inggris, dan sebagainya itu cenderung memiliki karakter yang sama. Mereka sangat passionate dan berapi-api ketika mendukung klub bola kebanggaan masing-masing. Bahkan tidak jarang banyak kasus di klub negara-negara tersebut, suporter juga ikut tumpah ruah masuk ke dalam lapangan setelah pertandingan.

Pertanyaannya, di abad modern seperti saat ini, mengapa tragedi yang menewaskan 135 jiwa itu hanya terjadi di Indonesia? Bukan di Inggris atau di Jerman dan sebagainya?

Jawabannya adalah, respon pihak pengamanan dalam manajemen konflik lah yang mengambil peran penting bagaimana karakter berapi-api suporter tersebut kemudian bisa dinetralkan dengan cara yang humanis.

Pihak pengamanan atau Kepolisian di negara-negara tersebut tidak akan langsung memukuli, menendang, bahkan menembakkan gas air mata ke arah suporter yang masuk ke dalam lapangan (pitch invader). Sistem manajemen konflik dan pendekatan yang humanis lebih dikedepankan dalam meredam kemarahan atau euforia suporter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun