Mohon tunggu...
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Arsitek murtad yang lebih bahagia jadi istri arsitek

Writer wannabe yang tinggal di Bandung dan suka berbagi cerita di www.ceritashanty.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andai Saya Menteri Pendidikan

3 Agustus 2016   08:45 Diperbarui: 3 Agustus 2016   20:01 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Meme yang beredar di grup WhatApp

Tidak ada lagi anak usia 3 tahun yang dipaksa bangun pagi untuk berangkat ke sekolah. Di sekolah ia dituntut untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang telah diatur oleh gurunya. Jika ia tidak mau dan memilih berlari keliling kelas, ia akan dianggap anak yang tidak bisa mengikuti aturan. Anak umur 3-5 tahun didukung untuk mengeluarkan energinya, keingintahuannya, dan imajinasinya dengan pengawasan orang dewasa di sekitarnya.

#Usia TK 5-7 tahun

Baru di usia 5 tahun, seorang anak diijinkan untuk memasuki pendidikan semi formal Taman Kanak-kanak (TK) selama 2 tahun. Anak mulai dikenalkan dengan yang namanya sekolah, dengan teman sekelas sekitar 10 – 15 orang anak sebayanya.

Anak dikenalkan dengan peraturan dan menghargai perbedaan dengan orang lain dibawah bimbingan seorang pendidik profesional. Anak diberi kebebasan berekspresi tanpa aturan yang terlalu kaku. Tugas guru TK lebih ke ‘tempat penitipan anak’ yang profesional. Guru TK diminta bantuannya untuk mengamati anak dengan kacamata profesional seorang pendidik. Warna alami anak diharapkan bisa keluar di masa penuh imajinasi ini. Jangan dibatasi eksplorasinya. Ketika anak sedang asyik menggambar, jangan dibatasi dengan jam belajar yang kaku. Anak tidak perlu di kotak-kotakkan dalam waktu, jam segini harus belajar ini dan itu.

Saya sangat mendukung sistem kelas TK yang berbentuk 3 pojok aktivitas. Anak boleh memilih ingin melakukan yang mana. Ada pojok seni, ada pojok literasi/bacaan, dan pojok logika misalnya. Anak-anak boleh berpindah-pindah untuk melakukan kegiatan yang diinginkannya.

Guru bertugas mengamati dan menjadi teman bermain anak. Anak bisa belajar untuk tidak rebutan dan mengembangkan minat mereka secara alami. Selain mengamati, kreativitas guru juga dituntut untuk mendekorasi pojok-pojok aktivitas ini berganti setiap minggu, sehingga anak tidak bosan dan selalu bersemangat ke sekolah.

Anak boleh saja dikenalkan dengan huruf dan buku. Tidak ada tuntutan untuk belajar membaca, menulis, berhitung atau menggambar dengan rapi. Tapi dengan dikenalkan dengan buku dan cerita, diharapkan keluar kebutuhan alami anak untuk bisa membaca, menulis, berhitung dan mengekspresikan diri gambar dan bicara.

Berdasarkan pengalaman, jika kebutuhan alami ini muncul, biasanya anak sangat cepat bisa membaca. Semestinya anak umur 6 tahun sudah bisa membaca secara alami tanpa pengajaran khusus. Tapi jika memang belum tertarik pun tidak apa-apa. Mungkin ia lebih berminat pada hal yang lain.

Pada masa TK anak akan belajar untuk mandiri terhadap dirinya sendiri. Anak bisa makan sendiri, memiliki kebiasaan makan sehat, dan mampu menjaga kebersihan dirinya.

#Usia kelas 1-2 SD 7-8 tahun

Pada usia 7 tahun, anak memasuki sekolah dasar. Ini terinspirasi dari hadis Nabi Muhammad, 

“Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka 7 tahun, dan pukullah saat usia mereka 10 tahun jika tidak shalat. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” – HR Abu Dawud

Di usia 7 tahun, anak dipandang sudah cukup siap secara mental dan fisik untuk menerima pengajaran shalat dan tentu saja ilmu-ilmu lainnya. Dengan jumlah teman sekelas 20-30 orang, anak mulai dimasukkan kurikulum membaca, menulis dan berhitung dasar. Bagi yang sudah bisa, diarahkan untuk pondasi kecerdasan literasi dan kemampuan berkomunikasi. Anak diharapkan suka membaca, menuliskan apa yang ia rasakan, menceritakan kejadian yang ia sukai, dan mendengarkan orang lain. 4 hal ini adalah pondasi komunikasi yang menjadi modal penting bagi seorang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun