Mohon tunggu...
Samsul Bahri Sembiring
Samsul Bahri Sembiring Mohon Tunggu... Buruh - apa adanya

Dari Perbulan-Karo, besar di Medan, tinggal di Pekanbaru. Ayah dua putri| IPB | twitter @SBSembiring | WA 081361585019 | sbkembaren@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Baswedan Berpeluang Sebagai Tokoh Simbol Politik Identitas

16 Juli 2019   05:00 Diperbarui: 16 Juli 2019   05:03 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : TRIBUN NEWS / DANY PERMANA

 Tokoh-tokoh kharismatik dari NU, liberal sekuler, dan perempuan tidak dapat melindungi karena bertentangan dengan gerakan idealisme Islam garis keras. Tokoh PKS tampaknya terlampau tinggi tingkat resistensinya di skala nasional. 

Nama-nama sebelumnya tersaring menyisakan ;  Anis Baswdan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto atau Bambang Soesatyo, Sri Mulyani, Gatot Nurmantyo.

Ketiga, pembelajaran dari tuduhan  "pengkhianatan" Prabowo, Islam garis keras akan mengkaji secara mendalam kesetiaan tokoh pada idealisme Islam garis keras, karena peran tokoh tersebut tidak berhenti dengan selesainya Pilpres tapi tetap dituntut kesetiaannya mengawal perjuangan tanpa henti.  Daftar nama menyisakan dua nama  Anies Baswdan dan  Sandiaga Uno.

Kedua tokoh tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan. Sandiaga Uno memiliki keunggulan; namanya sudah dikenal luas di Indonesia karena mantan Cawapres, luwes dan lincah bergerak antar partai politik sehingga lebih mudah mendapat dukungan partai pengusung, pengalaman profesional pengusaha, memiliki dukungan keuangan sendiri maupun sponsor yang memadai membiayai pensuksesan pilpres. 

Kelemahannya; tidak memiliki dukungan pemilih militan dari satu partai  politik, kesetiaanya pada idealisme Islam garis keras belum teruji, tidak memiliki panggung publik untuk aktualisasi diri  menghadapi pilpes 2024.

Anies Baswedan, keunggulannya ; kesetiaannya pada idealisme garis keras tidak diragukan lagi, posisi Gubernur DKI --mengikuti jejak Jokowi dari Gubernuran DKI menuju Istana Negara- sangat strategis sebagai panggung publik untuk aktualisasi diri, pengalaman sebagai Menteri dan Gubernur. 

Kelemahannya; resistensi dari partai-partai  politik non afiliasi Islam garis keras akan kuat sehingga  agak berat mencari dukungan partai pengusung,  untuk ukuran hari ini dukungan keuangan sendiri kurang memadai meskipun dukungan  sponsor mungkin meningkat kedepan.

Dari keunggulan dan kelemahan tersebut, dari sisi Islam garis keras, kelamahan Anies Baswedan tampaknya tidak prinsipil namun sangat penting bagi partai politik pengusung lainnya. 

Dapat disimpulkan, Islam garis keras akan mengutamakan Anies Baswedan sebagai tokoh pengganti Prabowo untuk dimajukan diusung sebagai Calon Presiden tahun 2024. 

Bila Anies Baswedan ternyata menjelang  penetapan nama bakal calon Presiden tidak mendapat dukungan memadai dari partai pengusung, maka Sandiaga Uno yang disodorkan.

Kenyataan politik Indonesia selalu ada pengecualian yang tidak terduga, sangat mungkin menjelang pemilihan presiden tahun 2024 muncul bintang baru yang bukan dari nama-nama tersebut diatas. SBY dan Jokowi adalah penomena kemunculan bintang baru yang tak terduga sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun