Mohon tunggu...
Sayyidal Jamat
Sayyidal Jamat Mohon Tunggu... Guru - Guru Sakola Desa

Berani menulis untuk mengupayakan pertumbuhan pendidikan melalui Balai Sakola Desa 5.0 sebagai wahana edu-aksi semua elemen masyarakat kampungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rai Mahdi untuk Civil Society 5.0

21 Maret 2023   18:21 Diperbarui: 30 Maret 2023   17:28 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Chapter 3 : Kisah Rai Mahdi

Pada sebuah titik di awal sebelum penciptaan semesta. Di kala ujung permulaan sejarah masih berada dalam genggaman zaman pra-kehidupan. Milyaran tahun silam, dalam jejak sang zaman masa lalu yang terhingga. Kegelapan meliputi semua dimensi, ruang dan waktu belumlah tertata. Inilah era--jahila, zaman ketidak-tahuan. Tiada sesuatu pun yang dapat diketahui pada zaman ini. Hingga akhirnya, terciptalah sebuah cahaya, sebuah inti cahaya di tengah kegelapan semesta.

Inti cahaya tersebut semakin lama semakin terang. Namun hanya menerangi ketiadaan. Dia hanya mampu menerangi dirinya sendiri, yang tersendiri. Sekian lama dalam hitungan waktu semesta berlalu, terjadilah Big-bang! Sebuah dentuman yang teramat besar terjadi pada inti cahaya ini. Dentuman yang begitu dahsyat di zaman pra-semesta ini memecahkan inti cahaya kemudian menimbulkan milyaran cahaya.

Milyaran cahaya ini adalah gugusan bintang-bintang dengan berbagai rupa warna dan ukuran. Diantara beberapa gugusan bintang itu akhirnya mampu memberikan cahaya murni dan penerang jalan berupa rasi bintang serta pesonanya di kala malam. Beberapa bintang yang lain mengalami supernova pada setiap muatan hidrogennya.

Big-bang dan supernova serupa letusan kembang api maha dahsyat di semesta raya terus memberikan percikan yang tak terhitung jumlahnya. Hingga lahirlah galaksi yang merangkum tata surya pada semesta raya, sebagaimana dikehendaki oleh sang Pencipta, DIA-lah Khalika, Al Khalik.

Percikan big-bang dan supernova akhirnya menimbulkan hasil reaksi berupa gumpalan kabut debu dan gas, inilah Nebula. Nebula ini kemudian bermetamorfosis, ber-evolusi, hingga menjadi padat. Nebula-nebula padat ini terus bergerak ke segala arah, tak tentu arah, saling bertumbukan dengan sesama nebula, bertabrakan dengan bintang-bintang, pecahan dan gas-gas sejenis berpadu kembali dan semakin padat.

Dari paduan gas dan kabut nebula yang makin padat tersebut lahirlah gugusan galaksi dengan planet-planetnya yang bertebaran di rimba semesta. Di antara gugusan galaksi yang ada di semesta raya, tersebutlah sebuah galaksi yang paling sempurna. Dia bernama 'Bimasakti' yang mampu merangkai planet dengan kondisi sangat stabil. Bahkan galaksi bimasakti mampu menumbuhkan atmosfer yang sempurna untuk menjaga sebuah planet terbaik bagi berkembangnya potensi kehidupan. Inilah dia, 'Bumi'.

Bumi, sebuah planet yang paling sempurna dari planet lainnya dalam keluarga galaksi bimasakti. Dia diberi karunia bintang yang menghidupkan. Planet bumi dengan tatanan kehidupan berpusat pada sang surya penerang, yaitu matahari akhirnya tumbuh dewasa. Dia diberi karunia satelit yang menggerakan, yaitu bulan. Bumi terus bergerak dan menghimpun gas hidrogen dan oksigen sehingga mampu menumbuhkan air laut yang pasang dan surut. Bumi yang terus memberi ruang untuk jasad renik dalam siklus hidup, tumbuh, mati dan hidup lagi dalam kendali sang bulan purnama.

Bumi yang merupakan bagian dari zona integritas tata surya dalam rangkaian galaksi bimasakti telah lahir dan semakin dewasa di semesta. Dia terus berevolusi dan berotasi dalam gravitasi misteri, menyusun histori dan merangkum prediksi penghuni bumi dalam rangkul semesta raya yang ketika itu masih relatif membara akibat efek Big bang dan supernova.

Semesta raya begitu gegap-gempita dan gembira ria manakala bumi terlahir sempurna. Bumi tumbuh selama berselang tujuh masa, dengan hitungan satu masa, adalah seribu tahun usia dimensi bumi saat kini. Masa tersebut dihitung pasca momentum big-bang dan supernova dalam dimensi semesta, sejak masa 'embrio' bumi mulai terbentuk.

Relatif sama seperti planet lainnya, embrio bumi ini berasal dari gumpalan nebula, gas hidrogen amat panas. Kemudian membesar dan memadat. Hanya volume dan waktu kelahirannya yang berbeda dengan planet lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun