Mohon tunggu...
Sayyidah Ilman Nisa
Sayyidah Ilman Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

If there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Modul Nusantara PMM 2 Universitas Syiah Kuala Dalam Balutan Kebermaknaan

22 Oktober 2022   01:00 Diperbarui: 22 Oktober 2022   01:13 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cerita kali ini datang melalui pengalaman Modul Nusantara dalam salah satu program MBKM yaitu Pertukaran Mahasiswa Merdeka angaktan 2, tepatnya Inbound Universitas Syiah Kuala. Di mana dalam kegiatan Modul Nusantara (MN) ini kami dikenalkan makna keberagaman dalam balutan nusantara, tepatnya di tanah tempat kami melanjutkan belajar kami selama 1 semester di serambi mekkah ini. Aceh, berbicara tentang Aceh sekilas apa yang terlintas di benak teman-teman sekalian?

Yah Aceh kita bisa sepakati bersama merupakan titik nol atau titik awal keislaman di Nusantara, tepatnya di Samudera Pasai, yang sudah disepakati oleh para professor maupun ulama di berbagai dunia. Banyak sejarah Aceh bahkan sumbangsihnya bagi Indonesia yang mungkin belum tereksplor dan diketahui banyak orang. Betul memang adanya bahwa "Jas Merah", salah satu semboyan pada pidato terakhir yang dikatakan Ir. Soekarno di Hari Ulang Tahun (HUT) RI pada 17 Agustus 1966. Di mana maknanya 'Jangan sekali-kali melupakan sejarah'. Hal ini penting untuk kita telaah secara saksama untuk menciptakan generasi dan meregenerasi pemuda-pemuda milenial dan zilenial yang dipadukan dengan kecanggihan teknologi 5.0 saat ini. Pasalnya keberadaan sejarah jangan sampai hanya sebatas zaman kita yang mengetahui, sehingga tidak dapat tersampaikan dan diketahui oleh generasi selanjutnya. 

Banyak cerita, pengalaman serta pembelajaran yang bermakna dalam titian dakwah di bumi serambi mekkah ini. Tanah Darussalam yang Allah berkahi. Setelah melewati banyak kejadian, cerita, justru sekarang Aceh menjadi bukti kebermaknaan hidup dalam hikmah dan balutan rahmah-Nya. Datang dengan niat baik untuk mempelajari sejarah keislaman, tapi justru yang didapatkan oleh kami bukan hanya sejarah, tapi nilai, cara pandang, pembelajaran, filosofi, naluri, dan penelaahan hati yang mendalam. Mengenai Aceh yang mungkin bagi sebagian orang merupakan daerah ujung barat Indonesia sehingga takut dikunjungi karena pernah ada kejadian-kejadian yang membuat trauma dan takut untuk mengunjungi Aceh seperti GAM, Tsunami 2004, gempa dan lain sebagainya. Tapi itu adalah Aceh yang dulu, bagi kami Aceh yang sekarang adalah Aceh yang telah bertransformasi menjadi Darussalam, salah satu provinsi ujung Barat Indonesia yang karena pengaruh agama dan kebudayaan Islam begitu besar bagi kehidupan masyarakat Aceh sehingga di juluki  "Seuramo Mekkah" atau serambi Mekkah. Inilah Aceh saat ini yang kita kenal, memiliki banyak sejarah dan nilai keislaman yang sangat memanggil hati untuk merajuk lebih dalam nilai-nilai perjuangan yang belum sepenuhnya di ketahui.

Aceh itu unik. Mulai sejak di jajah Belanda dan Portugis kurang lebih 1 abad lamanya. Dilanjutkan dengan adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), konflik di Aceh dan kejadian yang sangat menyedihkan yaitu Tsunami 2004. Aceh kurang lebih aman dan damai baru sekitar 15 tahun terakhir ini. Dari zaman kerajaan Sultan Ali Mughayat Syah sampai pada masa kejayaan Aceh pada tangan Sultan Iskandar Muda telah banyak tilasan menarik dan penting mengenai perjuangan-perjuangan para pendahulu, terutama sumbangsih Aceh sendiri dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Begitupun juga dengan para ulama-ulama kerajaan Aceh yang kecerdasannya tidak kalah dengan professor-professo yang ada di dunia. Adapun 4 ulama besar kerajaan Aceh yang sangat berpengaruh dan mendunia adalah Syeikh Abdurrauf As Singkili, Syeikh Nuruddin Ar Raniry, Syamsuddin As-Sumatrani, dan Syeikh Hamzah Al-Fansuri. Para pendahulu kita yang mencetak sejarah peradaban besar bagi umat Islam. Beliau-beliau bahkan telah menciptakan beberapa buku yang ditulis tangan dalam beragam ranah keilmuan seperti ilmu tasawuf, fiqh, mantiq, fatwa, sejarah, fiqh dan sebagainya. Ada Mushaf Al-Qur'an, ada Sirat Al-Mustaqim yang di tulis oleh Syaikh Nuruddin Ar-Raniry, ada Tarjuman al-Mustafid yang di tulis oleh Syaikh Abdurrouf As Aingkili, ada Bustanus Salatim yang di tulis oleh Nururddin Ar Raniry, Mir'at al- Thullab oleh Abdurrauf As Singkili yang merupakan fiqh kontemporer ekonomi islam dan semua tentang masyarakat Islam pada waktu itu untuk dititipkan kepada kita di nusantara ini hingga saat ini. Contohnya juga baru satu yang ada yaitu Bank Syariat Indonesia (BSI) yang berlaku. Ada juga ekonomi moneter, bagaimana cara berdagang orang Aceh terdahulu, bagaimana masjidnya, bagaimana pengajiannya, dan lain sebagainya. Bagaimana nilai-nilai syariat Islam di Aceh sebelum, dan saat Aceh seperti saat ini. Ketika ini terjadi, terjadi suatu gejolak-gejolak yang terjadi di Aceh ini, seperti sebaliknya jadi mereka menuntut ada sesuatu yang hilang, bahkan kembali dari sekarang seperti semula, itu yang di tuntut. Itu yang terus terjadi konflik yang ada di Aceh. Dalam rumoh manuskrip Aceh, juga dijelaskan juga oleh Cik Midi atau bapak Tarmizi Abu Al-Hamid yang merupakan kolektor  manuskrip Aceh kuno. Bahkan di rumah beliau sudah datang banyak sejarawan, arkeolog, filologi, dan lain-lain dengan tujuan mereka ingin melihat bagaimana perkembangan khazanah keilmuan masa lalu dibandingkan dengan sekarang. Bagaiamana professor dulu seperti Syekh Abdurrauf  As Singkili, Syeikh Hamzah Al Fansuri, Syekh Syamsuddin As Sumatrani dan Syeikh Nuruddin Ar-Raniry yang memiliki nilai dalam sejarah. Di rumah beliau ada sekitar 600 manuskrip yang telah di cuci, restorasi dengan air dan tidak rusak kertasnya. Bahan kertas yang luar biasa ketika zaman dahulu sehingga tidak bisa rusak. Tujuan restorasi agar dibersihkan dari kutu buku, jamur, asam dan lain-lain, yang membersihakan adalah orang Indonesia asli yang sekolah di Jepang. Di rumah beliau juga terdapat koleksi mushaf Al-Qur'an yang beliau koleksi sejak abad 17, yaitu 400 tahun yang lalu. Betapa besar bukan, kehebatan para pendahulu kita dalam menulis naskah asli yang tidak menggunakan mesin, alat, desain foto, mereka tulis dengan tangan sendiri. Begitupun juga dengan keterlibatan para wanita-wanita yang tidak kalah hebat dalam masa kerajaan seperti Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Sultanah Safiyatuddin Syah, Pocut Meurah Intan dan para wanita hebat lainnya. Bahkan Aceh dahulu pernah dipimpin selama 59 tahun oleh 4 ratu. Mereka adalah para panglima perempuan yang masyhur dan dijuluki sebagai "Inong Balee". Karena peran perempuan sangat penting untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan masyarakat. 

Aceh dianggap sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara. Sejarah mencatat, sejak awal abad ke-17, Kesultanan Aceh adalah negara terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Aceh merupakan panggung dari peradaban asia. Menjadi kota pusat peradaban yang gemilang di Asia Tenggara. Kala itu aceh merupakan salah satu kota pusat peradaban kelima terbesar di dunia setelah Portugis, Istanbul Turkiye, Maroko di Afrika, Isfahan di Persia, dan Banda Aceh Darussalam di Asia Tenggara. Inilah yang dikatakan sebagai penggiling dari segala peradaban. Makanya kalau lihat di Aceh sekarang banyak peninggalan yang bernuansa semuanya ke Islam. Warisan budaya Aceh satu-satunya ide Indonesia yang paling menyimpan banyak sebaran warisan daerah. Sayang barang yang bernilai tinggi dan tak tergantikan ini tidak ada perlindungan sama sekali. Walaupun ada undang-undang cagar budaya no. 11 tahun 2010. 

Itulah Aceh dengan keberagamannya terkait banyak hal. Seperti diantaranya juga nilai toleransi yang tinggi terhadap masyarakat Tionghoa yang hidup di Aceh. Toleransi keberagaman di aceh sangatlah erat dahulu yang dilestarikan hingga kini. Walaupun sebagai kaum minoritas, masyarakt Tionghoa, menghargai orang Aceh, begitupun sebaliknya. Konon juga Aceh berasal dari kata Arab, China, Eropa, Hindia. Sehingga jika kita mengunjungi beberapa daerah di Aceh sendiri memiliki ciri khas dari bentuk wajah yang kearaban, begitu juga dengan wajah-wajah etnis arab yang hidungnya mancung, Hindia, Portugis dan lain-lain karena campuran dari beberapa bangsa terdahulu. Aceh juga dulu menjalin diplomasi yang kuat denga Turkiye. Karena Turkiye dulu merupakan kekuatan terbesar setelah Portugis. Pada awal abad ke-16, Kesultanan Aceh sudah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Barat, salah satunya Kesultanan Utsmaniyah atau Turki Ottoman. Selain itu, salah satu contoh bukti toleransi keberagaman di Aceh dengan adanya Gereja Katholik Hati Kudus yang merupakan peninggalan sejarah kesultanan Aceh di masa lampau yang menunjukkan keterbukaanya terhadap perbedaan agama maupun suku, serta beberapa ikonik rumah beribadah di Aceh yang tidak kalah pentingnya seperti Masjid Raya Baiturrahman dan Vihara. Begitupun juga dengan ikonik lainnya seperti Replika Pesawat Seulawah 001 RI yang menjadi cikal bakal penerbangan di Indonesia, kerkhoff (makan Belanda), rumoh Aceh dan lain-lain. Aceh juga memiliki adat dalam menjaga toleransi dan penerapan dan penerapan hukum, yaitu Qanun Aceh. Begitupun juga dengan nilai-nilai adab yang ada di Aceh sendiri seperti  syariat Islam, aqidah, ibadah, akhlak,  kemasyarakatan sosial, nilai persatuan, nilai musyawarah, nilai gotong royong, persatuan, nilai tolong-menolong, nilai harekat ekonomi, nilai kejujuran dan lain sebagainya.

Lalu terkait dengan kesenian yang ada di Aceh seperti tari saman. Di mana kami pernah berkunjung dalam sebuah Festival Saman dengan tema "Sinergi Lintas Generasi Dalam Merawat Tradisi Melalui Festival Saman 2022" yang memberi kita sebagai anak muda, yakni pesan dan dakwah yang terkandung di dalam filosofi Tari Saman sendiri seperti terkait pentingnya pendidikan, kemudian kebersamaan, keagamaan melalui scene lantunan adzan yang merdu dalam cerita tersebut, sopan santun yang digambarkan dengan anak-anak yang sopan dan santun terhadap orang yang lebih dewasa, kepahlawanan maupun kekompakan. Sehingga tradisi melalui tari saman inilah sebagai salah satu ikonik Aceh yang harus di pupuk dan di rawat dari generasi ke generasi dengan nilai-nilai yang baik. Selanjutnya tradisi di Aceh seperti contoh Kenduri yang memiliki arti seperti walimah. Macam-macam kenduri seperti kenduri pesat, kenduri khitan, kenduri maulid, walimatul urusy, kenduri 1 muharrom  buat dakwah, kenduri rajab yang buat kanji/bubur di 27 rajab, asyura juga ada. Para pemuda dan bapak-bapak di kampung tersebut juga saling bergotong-royong untuk membuat dan mengadakan panggung sebagai tempat ceramah maulid pada malam hari. Mereka juga mempersiapkan daging serta kuah beulangong sebagai salah satu khas makanan Aceh. Makanan di Aceh juga sangat unik dan khas dengan rasanya seperti Mie Aceh, kuah beulangong, kemamah, kuah pliek, kue timphan dan lain-lain. Biasanya makanan di Aceh juga menggunakan rempah seperti seperti cengkeh, lawang, kapulaga, pala, kayu manis dan akar manis untuk menambah kelezatan dan belimbing untuk mengurangi bau pada olahan ikan laut dan memberi rasa segar.

Sebagai penutup, ada beberapa kesimpulan dalam keberagaman modul nusantara ini dalam balutan kebermaknaan, diantaranya :

1. Masyarakat Aceh terdiri dari beragam etnis dengan adat dan budaya yang berbeda-beda

2. Syariatt Islam telah mengakar dan menjiwai adat dan budaya Aceh sehingga menjadi alat perekat kesatuan masyarakat

3. Adat memberi pengaruh yang kuat dan mendalam terhadap tatanan kehidupan masyarakat Aceh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun