Waktu menjadikan kami harus memutuskan apa yang sebenarnya sulit bagi kami pulang untuk kembali ke desa sebagai salah pilihan sulit yang harus diputuskan dan semua ini menjadikan pengalaman pahit bagi kami.
"Kita mau pulang ke desa, kan belum lebaran mama?' tanya si Bungsu kepadaku
"Ya kita mau tengok simbah" aku harus berkata begitu sebab si sulung sudah tahu rencana kami untuk kembali ke desa tepat di hari kesepuluh bulan ramadhan ini.
"Sebaiknya mama jujur saja sama si bungsu" kata si sulung pagi tadi sebelum berangkat sekolah pagi itu.
"Tidak mau aku tidak mau bungsu nanti sedih "
"Apa bapak saja yang harus memberi tahu si bungsu" ide sulung kepadaku
'Tahu nak adikmu itu tidak dekat sama bapak gara-gara bapak melarang pertandingan game online di sekolahannya" keluh ibunya setengah berbisik di dapur rumah sempit yang sudah puluhan tahun menghidupi keluarga mereka.
Keadaan memaksa kami harus pilih pulang ke kampung lebih awal, alasan rindu suasana di desa dan juga sudah tidak bisa lagi kami mencari sesuap nasi di kota yang pernah kami cintai ini.
Resah yang membuat kami memutuskan yang terbaik daripada di kota tidak bisa lagi bekerja dan juga tidak bisa membuka toko karena tergusur pembangunan jalan tol tengah kota.
"Mas tetap pada keputusan di bulan ini kita  kerumah bapak?" tanya sang istri kepada suaminya
"Pasti ma, aku harus mengurus surat-surat PHK kita dari pabrik tekstil itu dan juga berapa pesangon yang  kita dapat kelak " jawab suaminya pelan