"menangkap Pakde adalah tugas negara paling susah daripada aku hancurkan teroris selama memegang senjata"
Tugasnya sebagai prajurit adalah melaksanakan tugas komandan apapun resiko yang di dapatnya hanya satu kata gugur atau sukses dalam tugas.
Ramadhan medio tahun 2001 setelah kejadian Bom Bali semua lini siaga termasuk lini ujung tombak intuisi unit bawah tanah biro intelijen.
"ini bukan hanya tentang siapa yang dibunuh atau tewas dalam Bom Bali ' bom yang menewaskan 88 orang warga negara asing.
"ini harga diri kita sebagai bangsa "kata sang komandan lagi sambil diputarkan detik-detik sebelum bom itu meledak dan  membuat semua rata dengan kesedihan.
Semua lini bergerak untuk mencari sisik melik terutama prajurit yang ada di kesatuan underground.
Komandan membentak kami tidak becus sebab sinyal dari intelijen internasional sudah tahu atas gerakan yang menggegerkan dunia ini.
"ini reputasi kita di mata internasional" sambil sumpah serapah kepada kami di ruang komando tersebut.
"indikasi ekstrem kanan yang terlibat tidak mungkin kita menyerbu pondok pesantren, masjid atau sekolahan tidak ada bukti sebab jelas komando teror ini ada di luar negeri dan kita jadi antek-antek bodoh seperti kerbau dicocok hidungnya"Â
Tugas menyusup ke sarang teror sudah biasa dan selalu sukses dan gemilang.Â