Siang itu ada seorang ibu dan anak kecilnya berjalan mencari rosok di dekat kami berjualan.
Anaknya cerdas dan pintar sebab kurang lebih baru delapan tahunan sudah bisa membaca aku lihat dari dibacanya sobekan bungkus nasi yang didapatnya.
Ibunya menarik lengan anak tersebut ketika aku mendekatinya membawa makanam dam minumam botol kepada anak tersebut.
"matur suwun terimakasih mas kami puasa"jawab ibunya.
"mbok ini bagus gambarnya" kata si anak setelah tahu lengannya di tarik ibunya.
"ayo thole lekas ini karungnya sudah penuh" kata Ibunya tanpa peduli dengan kiri kanan.
Jelas karung berisi kertas kardus dan juga botol plastik itu sudah penuh di sepeda reot yang dibawanya.
Anak lelaki kecil itu membonceng di atas kiri kanan boncengan yang karung tersebut.
"lapar ma"
"kita puasa nanti kita makan setelah bedug maghrib tiba ya le"
Baju bersih namun lusuh dan  sengaja di pakainya sebab mencari rongsok setiap harinya.
"pengen ketemu bapak"
"jangan harap "
"kenapa?"
"nak kamu akan tahu sendiri kelak"
Mukanya di tekuk keras mencoba untuk tidak mengingat kembali luka dihati dan dada serta perasaan yang di ujungnya.
Harta yang dipertahankan hanya tinggal anak lelaki tampan yang di bawanya kemana pergi.
"kemana bapak tidak pernah pulang ya bu?"
"besok insyaallah pulang"
Tibalah di pengepul rosokÂ
"mba dapat banyak nieh"kata bang tukang rosok itu sambil menulis di tabungan sampahnya. Sementara anaknya di pegang di gendong ibu juragan rosok itu.
"rejekinya thole pak"
"tabunganmu banyak mba ini anakmu sudah besar ya" kata bu juraganÂ
"nggih bu" jawabnya singkat.
"ini pintar lho anakmu saya momong saja po?" goda pak juragan
" tidak pak maaf thole satu-satunya harta saya "
"maaf..ini ada sedikit rejeki dariku"kata bu juragan menyerahkan bungkusan kresek dan beberapa lembar uang kepadanya.
"boleh main disini dulu ya bu"
"kita pulang"
"mau ketemu bapak"
"ya nanti lebaran .." hatinya tidak tega untuk ungkapkan kejujuran soal bapaknya yang ditunggu adalah tanggung jawabnya sebagai lelaki itu yang  di harapkannyaÂ
"kok diam bukk.." diguncangnya ibunya.
"kita nanti beli lele goreng ya cah bagus"
"tidak mau..aku pengen ketemu bapak" teriak anak kecil itu di jalan.
Nikah siri dikampung itu tidak akan jadi kekuatan hukum nanti anakmu tidak terdaftar ayahnya hanya anak dari ibu itu kata terakhir almarhum bapaknya begitu ijab siri terlaksana.
Suaminya Mas Benu itu anak juragan tempat dulu kerja dan setelah menikah tahu dirinya ternyata anak juragan itu tidak mau bekerja dan senang main judi dan perempuan juga.
Hatinya sakit ketika memutuskan pulang kampung didapatinya kenyataan yang membuat hatinya sulit untuk mengingatnya kembali.
Rumah peninggalan orang tuanya itu sudah reot dan sedikit kumuh dengan beberapa baham rongsok yang di simpannya saat ini.
"aku menunggumu dari pagi tadi Srikandi" kata seorang lelaki yang tiba-tiba muncul begitu tiba dirumahnya.
"mas?"kaget rasanya namun hanya tercekat di kerongkongan lehernyam
"ya aku sudah bebas" jawab lelaki itu.
"maaf jangan mendekati kami lagi" teriaknya kepada lelaki setengah baya itu.
"ini anak kita?"
"anakku" Thole beringsut ke belakang punggungnya.
"lama aku menebus kesalahanku "
"itu karma"
"aku ingin gendong anak kita"
"tidak boleh"
"maafkan aku menelantarkanmu selama ini niatku tulus di bulan ramadham ini untuk mencarimu hampir sepuluh tahun ini"
"bu ini bapak?" tanya Thole
"ya nak "jawab ibunya
"aku senang" jawab anak kecil itu sambil memeluk bapaknya.
Namun Srikandi tetap pada pendiriannya untuk menolak kembali mas Benu kepelukannya.
"jangan harap aku lebih tenang tanpamu mas"
"beri kesempatan satu kali saja untuk melihatmu bahagia "
"aku sudah bahagia dengan Thole anakku mas"
Pria itu pergi dengan tangan hampanya tidak bisa menebus masa lalunya yang telah diukir sendiri.
Tangannya tidak bisa menggapai lagi masa lalu yang telah hilang.
Semua diam hanya angin sore itu terdengar suara lirih adzan maghrib pertanda buka puasa sore itu.
Waktu menjadi saksi.
Sehabis buka dan sholat maghrib dibukanya bungkusan tas kresek hitam dari juragan rosok itu.
"maaf dik srikandi ini hadiah perkawinan kita hari ini aku titipkan foto dan mukena untukmu. Foto saat kita menikah sebab aku tak tega memberi kamu langsung di tempat kerjamu"
"maaf juragan rosok itu masih saudaraku aku ingin kamu menerima kembali demi anak kita maaf  aku sekarang sudah berubah" Â
Aku tunggu
 i love you
Air matanya menetes begitu membaca tulisan itu tak sanggup untuk menahannya walau keputusannya sudah bulat untuk melupakan kepedihannya selama ini.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI