Mohon tunggu...
Syakirun Ni'am
Syakirun Ni'am Mohon Tunggu... Pelajar -

Saya Sudrun adalah nama pena dari Syakirun Ni'am. Sempat aktif di majalah sekolah dan pernah menjadi penyiar radio El Ihya FM, salah satu radio komunitas di Cilacap. Saat ini tengah menempuh pendidikan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Ilmu Komunikasi kelas C (Caffeine Class)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Masihkah Kelasmu Bergaya Bank?

30 Desember 2015   12:56 Diperbarui: 30 Desember 2015   16:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berangkat dari pandangan filsafat Freire tentang manusia, yang mana manusia di dunia ini merupakan subyek, bukan obyek, sehingga panggilan manusia sejati adalah menjadi subyek yang sadar, yang bertindak mengatasi realitasnya. Sebab, adanya segala sesuatu di dunia ini tidaklah dengan sendirinya. Dan karenanya, manusia harus menggeluti realitasnya dengan penuh sikap kritis dan daya cipta. Hal tersebut menysaratkan adanya sikap orientatif yang merupakan pengembangan bahasa pikiran, bahwa sejatinya manusia mampu memahami realitas diri mereka dan dunianya, yang kemudian dengan bekal yang dia miliki, dia mampu membuat perubahan atas apa yang ada; dia menggagaskan pendidikan haruslah berorientasi pada pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.

Menurut Freire, pendidikan harus melibatkan tiga unsur dalam dialektikanya, yaitu;

  1. Pengajar atau guru
  2. Pelajar
  3. Realitas

Pertanyaannya adalah, kenapa realitas itu penting dihadirkan? Bertolak dari pemikiran Karl Max yang menyatakan bahwa realitaslah yang membentuk kesadaran. Sementara, kesadaranlan yang menjadikan pikiran manusia dengan realitasnya menjadi nyambung. Sehingga, tujuan pendidikan yang untuk menghadapi realitas bisa tercapai. Selain itu, hanya berpikir tidaklah menciptakan roti.

Tulisan ini memang masih kurang lengkap. Untuk jelasnya lagi, penulis sarankan agar pembaca juga membaca buku Politik Pendidikan karya Paulo Freire.

Jadi, bagaimana dengan kelasmu, masihkah miskin realitas, atau palah masih gaya bank?

Oleh: Syakirun Ni’am


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun