Mungkin akan jauh lebih baik apabila episodenya ditambah satu lagi saja supaya eksekusi ceritanya lebih stabil dan masuk akal, serta memberi ruang bagi penonton untuk paham dengan kejutan supranatural yang disajikan.
Tapi saya siapa ngatur-ngatur, haha.
Walaupun demikian, tetap saja ada bagian di episode keenam yang saya suka. Terutama ketika masyarakat yang memiliki garis merah di kepala mereka, serempak memakai masker, kacamata hitam, bahkan helm agar tidak dikenali.
Ahn Ju Young selaku sutradara, seolah-olah sedang menyindir balik tren garis merah yang viral di sosial media. Wong manusia di drama S Line sendiri malu kalau preferensi seksual mereka diketahui publik, ini malah penontonnya sengaja buka aib sendiri.Â
Ya ampun.
Moral Value yang Mendalam tentang Akses Ruang Privasi Manusia
Salah satu hal yang membuat drama S Line terasa begitu kuat adalah tentang, betapa nyatanya emosi yang disampaikan oleh naskahnya.
Rasanya seperti sedang menonton film dokumenter pendek per episode. Preferensi seksual dari garis merah menyala di atas kepala hanyalah pemicu, selebihnya lebih banyak berbicara tentang penghakiman dan kritik sosial pada masyarakat kita.
Kita akan terus bertanya-tanya, sampai manakah batas aman dari ruang paling pribadi di diri kita yang menjadi konsumsi publik?
Hyun Heup misalnya, protagonis kita ini biasanya memilih untuk diam apabila mengetahui riwayat hubungan seksual seseorang. Dia berpikir bahwa, terlalu banyak tahu tentang kehidupan seseorang itu berbahaya.
Apabila salah langkah, nyawa seseorang mungkin jadi taruhannya. Seperti yang terjadi pada orang tuanya.