Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Mencintai tulis-menulis

Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Film

Terjebak Oleh Dinding Misterius di "Brick," Fiksi Ilmiah Asal Jerman Ini Rupanya Asik!

22 Juli 2025   09:00 Diperbarui: 22 Juli 2025   10:33 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu angle kamera di Brick | Source Pict: https://www.netflix.com/tudum/articles/

Apa yang akan Anda lakukan apabila di suatu pagi, sebuah dinding batu misterius muncul menutupi tempat tinggal Anda lalu mencegah Anda keluar?

Pasti sesak, bukan? Bayangkan Anda tidak lagi dapat melihat matahari atau berinteraksi dengan dunia luar, sempurna terkurung di rumah Anda saja bak sel isolasi.

Rasanya, Ah. Tidak bisa dibayangkan…

Itulah premis yang ditawarkan oleh Brick. Film original terbaru Netflix Jerman yang sejak pertama kali tayang pada 10 Juli yang lalu, konsisten nangkring di 10 film teratas Indonesia.

Bahkan hingga artikel ini ditulis, Brick masih bertahan sebagai tontonan nomor satu di Global Top 10 Netflix untuk non-english movies.

Film yang disutradarai oleh Philip Koch ini pun menggandeng salah satu aktor Jerman tersukses, Matthias Schweighöfer, yang telah membuktikan kredibilitas aktingnya melalui film Army of the Dead, Heart of Stone, dan Oppenheimer.

Tertarik untuk menontonnya? Yuk cek ulasannya!

Sinopsis

Adalah Tim (Matthias Schweighöfer) dan Liv (Ruby O. Fee), sepasang kekasih yang hubungan mereka diambang batas karena urusan masa lalu yang belum selesai.

Lantas di suatu pagi, Liv mendadak bilang kalau Ia ingin putus dan pergi. Namun alih-alih menemukan lorong saat membuka pintu apartemen, pasangan tersebut dikejutkan oleh sebuah dinding hitam misterius yang muncul entah dari mana.

Dinding tersebut sangat keras dan tidak bisa ditembus. Malah memiliki medan magnet berbahaya yang tidak bisa disentuh sembarangan.

Semua jendela juga tidak dapat diakses. Air dan sinyal mati, tetapi listrik dengan anehnya tetap menyala. Situasi ini jadi lebih mengkhawatirkan karena pasokan minuman dan makanan mereka terbatas.  

Hal ini pun membuat Tim dan Liv terpaksa kembali bekerja sama. Tetapi keduanya malah menemukan fakta kalau dinding misterius tersebut menutupi seluruh gedung yang mereka tinggali.

Syukurnya, mereka masih bisa menjebol dinding dan lantai unit tetangga. Lantas bersama para penghuni apartemen lainnya, mereka pun berusaha bertahan hidup.

Alur yang Biasa-Biasa Saja tetapi Set Produksinya Memanjakan Mata

Para tokoh menjebol lantai unit tetangga | Souce Pict: https://www.netflix.com/tudum/articles/
Para tokoh menjebol lantai unit tetangga | Souce Pict: https://www.netflix.com/tudum/articles/

Sebagai seorang penggemar film, saya termasuk tipe penonton yang selalu melihat rating/skor film di portal-portal seperti imdb, rotten tomatoes, viki, dan sebagainya.

Tanpa melihat ulasan yang ada, awalnya saya memutuskan untuk tidak menonton film ini karena skornya rendah. Hanya 5.5/10 versi imdb dan 35% tomatometers versi rottentomatoes.

Akan tetapi karena film ini terus bertahan di peringkat film teratas, saya iseng menontonnya tanpa berekspektasi apapun.

Rupanya, tidak seburuk yang diduga. Malah, saya pikir film ini cukup menyenangkan untuk ditonton di kala senggang.

Plot Brick sebenarnya klise, tapi menarik. Sedikit banyaknya membuat saya spontan bernostalgia dengan film-film lain karena konsep escape room macam ini sudah sering dipakai.

Nuansa filmnya mengingatkan saya dengan thriller ruang tertutup seperti The Platform (2019 & 2024). Sementara dinding hitam yang penuh misteri ini malah mengingatkan saya dengan dinding raksasa dari anime Attack on Titan.

Sebagai sebuah film, narasi Brick tidak bersusah payah untuk bercerita. Saya yakin Anda akan dengan mudah menemukan pola dari alurnya.

Seperti, kedua protagonis kita yang pasti akan bekerja sama memecahkan teka-teki tentang si dinding hitam estetik. Lalu tanpa sengaja bertemu survivor lain, lantas para karakternya akan dibuat saling curiga, ada konspirasi, dan seterusnya.

Tidak ada yang baru dan bombastis. Malah agak terkesan main aman karena teka-tekinya cukup mudah ditebak. 

Kita awalnya memang dibuat bertanya-tanya dengan apa yang terjadi, apa rahasia si dinding hitam, bagaimana keadaan dunia luar dan bagaimana cara agar Tim, Liv, dan para tetangganya bisa lolos dari sana.

Namun seiring berjalannya waktu, naskahnya ternyata hanya benar-benar fokus "mencari jalan keluar" saja tanpa berupaya merajut emosi yang lebih dalam supaya filmnya berdampak. 

Bahkan ada satu-dua adegan yang sampai sekarang pun, saya masih merasa heran karena tidak ada penjelasan hingga film usai.

Sayang aja sih..

Salah satu angle kamera di Brick | Source Pict: https://www.netflix.com/tudum/articles/
Salah satu angle kamera di Brick | Source Pict: https://www.netflix.com/tudum/articles/

Meskipun demikian, saya tetap ingin mengapresiasi cara sang sutradara bercerita serta berusaha membuat alur yang biasa-biasa ini jadi ringan dan enak untuk diikuti.

Visual effect si dinding hitam sesungguhnya terlihat estetik dan futuristik. Desain ruangan dan sinematografinya juga tampak indah untuk dipandang dalam waktu lama.

Beberapa cut dan angle kamera terasa efektif untuk membuat saya tetap peduli dengan jalan cerita karena atmosfer misterinya tetap dipelihara.

Selain itu, saya juga cukup terkesan dengan endingnya. Agak mengejutkan dan penuh konspirasi, namun entah kenapa bagi saya oke-oke saja.

Karakter yang Tipikal Tetapi Aktingnya Tidak Buruk

Para karakter di Brick | Source Pict: https://www.netflix.com/tudum/articles/
Para karakter di Brick | Source Pict: https://www.netflix.com/tudum/articles/

Akting dari dua aktor utama, Matthias Schweighöfer dan Ruby O. Fee sesungguhnya menjadi salah satu penyelamat film ini.

Pergulatan batin dan chemistry yang kuat membuat saya “percaya” mereka adalah pasangan dan dinamika akting mereka membuat saya bersimpati kalau semesta dalam Brick ini sedang tidak baik-baik saja.

Adapun karakter-karakter pendukung, sebenarnya tidak ada yang benar-benar membuat saya peduli karena tidak ada pendalaman karakter yang berarti.

Semua tokoh sangat tipikal. Pasti ada yang sifatnya rese’ untuk membuat kegaduhan. Lalu si yang paling lemah untuk menguji empati penonton. Si paling mencurigakan untuk menambah ketegangan dan lainnya.

Dialog-dialognya pun terkadang terasa datar dan tanpa emosi. Kadang-kadang terlalu panjang. Di beberapa titik, menimbulkan banyak pertanyaan.

Akan tetapi, bukan berarti akting para aktor pendukung ini buruk. Masih cukup layak kok untuk ukuran B-Movie scifi-thriller.

Saya pribadi tetap dapat memahami kemelut emosi para tokoh dan merasakan betapa menegangkannya situasi yang mereka lalui.

Gestur dan Mimik muka mereka tetap membuat saya sebagai penonton bersimpati, sambil terus merasa curiga dan penasaran dengan pertanyaan “film ini akan dibawa kemana.”

Overall

Brick sebenarnya memiliki naskah yang berpotensi besar untuk lebih gila, lebih liar, dan penuh darah. Apabila elemen narasi dan pendalaman karakternya digali lebih dalam, film ini pasti akan memenangkan hati banyak orang.

Namun tetap saja, bagi saya, tidak masalah apabila premis dan konsep sebuah film sederhana atau bahkan klise.

Selama filmnya tetap terasa menyenangkan dan menghibur, itu sudah cukup. Bukankah itu tujuan dari menonton sebuah film?

Meskipun rating film ini rendah di berbagai platform, Brick sesungguhnya masih tipe film yang gampang untuk dinikmati, apalagi untuk penonton awam.

Saya pribadi memberi nilai 6.5/10 karena saya terhibur. Tontonlah di waktu senggang. Siapa tahu Anda juga menyukainya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun