Semua jendela juga tidak dapat diakses. Air dan sinyal mati, tetapi listrik dengan anehnya tetap menyala. Situasi ini jadi lebih mengkhawatirkan karena pasokan minuman dan makanan mereka terbatas. Â
Hal ini pun membuat Tim dan Liv terpaksa kembali bekerja sama. Tetapi keduanya malah menemukan fakta kalau dinding misterius tersebut menutupi seluruh gedung yang mereka tinggali.
Syukurnya, mereka masih bisa menjebol dinding dan lantai unit tetangga. Lantas bersama para penghuni apartemen lainnya, mereka pun berusaha bertahan hidup.
Alur yang Biasa-Biasa Saja tetapi Set Produksinya Memanjakan Mata
Sebagai seorang penggemar film, saya termasuk tipe penonton yang selalu melihat rating/skor film di portal-portal seperti imdb, rotten tomatoes, viki, dan sebagainya.
Tanpa melihat ulasan yang ada, awalnya saya memutuskan untuk tidak menonton film ini karena skornya rendah. Hanya 5.5/10 versi imdb dan 35% tomatometers versi rottentomatoes.
Akan tetapi karena film ini terus bertahan di peringkat film teratas, saya iseng menontonnya tanpa berekspektasi apapun.
Rupanya, tidak seburuk yang diduga. Malah, saya pikir film ini cukup menyenangkan untuk ditonton di kala senggang.
Plot Brick sebenarnya klise, tapi menarik. Sedikit banyaknya membuat saya spontan bernostalgia dengan film-film lain karena konsep escape room macam ini sudah sering dipakai.
Nuansa filmnya mengingatkan saya dengan thriller ruang tertutup seperti The Platform (2019 & 2024). Sementara dinding hitam yang penuh misteri ini malah mengingatkan saya dengan dinding raksasa dari anime Attack on Titan.
Sebagai sebuah film, narasi Brick tidak bersusah payah untuk bercerita. Saya yakin Anda akan dengan mudah menemukan pola dari alurnya.