Hal ini karena anggapan bahwa segala hal bisa terjadi di jalanan. Maut tidak ada yang tahu kapan datangnya. Jadi saya berpikir apabila memang terjadi masalah, setidaknya jangan menambah runyam masalah yang sudah ada.
Bayangkan saja apabila saat kejadian, saya tidak memakai helm dan benturan yang keras bisa menghancurkan tengkorak saya (Na’udzubillah amit-amit).
Atau surat-surat berkendara saya tidak lengkap sehingga pengurusan asuransi pasti ribet dan operasi saya bisa tertunda, termasuk mengurus perkara ke kepolisian dengan penabrak saya.
Lebih Realistis dan Dekat
Di sisi lain, Adegan tabrakan beruntun di film tersebut dibuat realistis, lebih logis, dan dekat ketimbang film-film lain yang menampilkan adegan serupa.
Tentu saja apabila Anda suka menonton film action, contohnya franchise Mission Impossible dan Fast Furious, berbagai bentuk kecelakaan beruntun di jalan raya adalah salah satu plot favorit yang disuguhkan oleh para moviemaker kepada Anda.
Entah scene mobil-mobil mewah yang adu banteng di sepanjang jalan New York yang ramai atau bagaimana Om Tom Cruise yang dengan gagahnya mengendarai motor mewah berhasil selamat dari adu tembak yang ganas setelah kejar-kejaran di tol.
Anehnya, saya tidak merasakan ketakutan yang sama.
Adegan-adegan di kedua film tersebut lebih menonjolkan pada kekerenan dan kehebatan para karakter melewati bencana sehingga sutradara biasanya men-set agar scene tersebut bukan hanya menegangkan, tetapi juga terlihat indah dan memukau di saat bersamaan.
Sementara FD2 adalah antithesis dari kedua film tersebut.