Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, termasuk di daerah-daerah seperti Kabupaten Semarang. Selain menyerap tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam menjaga keberlanjutan produk-produk lokal. Salah satu contoh nyata adalah UMKM telur asin di Dusun Durenan, sebuah dusun yang terletak di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Telur asin menjadi produk unggulan yang cukup dikenal di wilayah ini. Meski demikian, tak dapat dihindari bahwa setiap usaha pasti memiliki tantangan, mulai dari persaingan pasar, keterbatasan inovasi, hingga citra produk yang belum berkembang. Salah satu faktor utama yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku UMKM adalah kurangnya perhatian pada aspek branding dan kemasan produk, dua hal yang kini menjadi kunci penting dalam menarik minat konsumen di era modern.
UMKM telur asin di Dusun Durenan dikenal sebagai salah satu penggerak ekonomi produktif masyarakat. Salah satu pelaku usaha yang menjalankan bisnis ini adalah pemilik usaha "Berkah Jaya," yang memproduksi telur asin secara rutin dan menjualnya di wilayah sekitar. Namun, setelah dilakukan wawancara oleh tim mahasiswa dari program Giat 12 UNNES, diketahui bahwa usaha ini masih memiliki keterbatasan dari segi pemasaran. Pemilik usaha menyampaikan bahwa saat ini distribusi telur asin masih bersifat lokal, hanya dengan menitipkan di warung dan promosi melalui aplikasi Whatsapp. Selain itu, telur asin hanya dikemas menggunakan plastik sederhana, atau bahkan hanya diletakkan di rak telur tanpa pelabelan sama sekali. Tidak adanya logo, merek dagang, maupun kemasan yang menarik, menjadi penghambat utama dalam memperluas pasar. Padahal, menurut Tjiptono (2001:106), kemasan merupakan bagian penting dari strategi branding yang dapat membantu mengenalkan produk ke pasar. Namun dalam praktiknya, banyak pelaku usaha lebih fokus pada kualitas isi produk tanpa memikirkan tampilan luar yang juga berperan penting dalam menarik perhatian konsumen.
Melihat potensi yang dimiliki oleh UMKM Berkah Jaya, kelompok mahasiswa dari Giat 12 UNNES menjadikan telur asin Dusun Durenan sebagai fokus dalam program kerja tambahan mereka, yakni " Sinergi UMKM melalu Branding dan Kemasan Kreatif." Program ini bertujuan untuk membantu pelaku UMKM mengembangkan identitas merek, memperbaiki tampilan produk, serta meningkatkan daya saing di pasar. Tahapan kegiatan dimulai dari wawancara dan observasi langsung ke rumah produksi untuk memperoleh informasi awal mengenai proses produksi, strategi pemasaran yang digunakan, serta harapan pemilik usaha. Dari pertemuan awal tersebut, pemilik usaha menyatakan antusiasme dan bersedia bekerja sama dalam pengembangan branding dan kemasan. Proses kemudian dilanjutkan dengan pembuatan logo dan identitas merek. Tim mahasiswa dari jurusan Desain Komunikasi Visual dan Manajemen merancang logo berdasarkan nama usaha yang sudah dimiliki, yaitu "Berkah Jaya." Konsep desain dibuat sederhana namun tetap mencerminkan nilai lokal dan profesionalitas produk. Selanjutnya adalah pengukuran dan desain kemasan. Tim melakukan pengukuran dimensi fisik telur asin untuk menentukan ukuran kemasan yang sesuai. Desain kemasan dikembangkan menggunakan perangkat lunak desain grafis, dengan menyertakan berbagai elemen penting, seperti logo, tagline, foto, informasi komposisi, jumlah isi per kemasan, hingga kontak pemesanan. Setelah desain final jadi, kemasan dicetak dan digunakan dalam produksi. Selama proses berlangsung, mahasiswa beberpa kali melakukan kunjungan ke lokasi produksi untuk melapokan progres, serta memperkuat relasi antara pelaku usaha dan pihak pengabdi.
Branding yang kuat dan kemasan yang menarik mampu memberikan nilai tambah yang signifikan pada produk. Logo menjadi pengenal visual yang melekat di benak konsumen, sementara kemasan berfungsi sebagai alat komunikasi tidak langsung yang menyampaikan kualitas, keunikan, dan profesionalitas produk. Dengan adanya kemasan baru, UMKM telur asin di Dusun Durenan kini memiliki peluang lenih besar untuk masuk ke pasar yang lebih luas, seperti minimarket, toko oleh- oleh, atau bahkan platform digital seperti Shopee dan Tokopedia. Konsumen pun akan lebih tertarik membeli produk yang tidak hanya enak, tapi juga tampak profesional dan layak sebagai oleh-oleh atau hadiah.
Program kolaborasi ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga membuka ruang pembelajaran bagi pelaku UMKM dalam mengelola bisnis secara berkelanjutan. Dengan tampilan produk yang lebih menarik, pemasaran bisa dilakukan secara lebih percaya diri, baik secara luring (luar jaringan) maupun daring (dalam jaringan). Harapannya, kolaborasi semacam ini dapat menjadi model yang direplikasi di daerah lain, khususnya di sektor UMKM berbasis pangan lokal. Telur asin di Dusun Durenan adalah bukti bahwa produk tradisional dapat memiliki nilai ekonomi tinggi jika dikemas dengan pendekatan modern. Melalui program Giat 12 UNNES, sinergi antara branding dan kemasan kreatif telah menjadi jembatan penting bagi UMKM untuk naik kelas dan meraih pasar yang lebih luas. Kedepannya, diharapkan semakin banyak pihak yang terlibat dalam pengembangan UMKM lokal, agar potensi produk daerah tidak hanya dikenal secara lokal, tetapi juga mampu bersaing di tingkat nasional, bahkan global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI