Mohon tunggu...
Bung Opik
Bung Opik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sun Go Kong is in the house...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HORORKOPLAK] Ceritanya Seram, Hiiiy!

12 Januari 2017   08:30 Diperbarui: 12 Januari 2017   08:47 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa itu terjadi ketika Bima dan Okta pergi bersama rombongan kru dan personil band mereka saat sedang berlibur di sebuah kawasan pantai di sebelah selatan Pulau Jawa. Mereka memutuskan untuk menyewa home stay sebagai tempat menginap dalam rangka melewatkan tahun baru.

Bima dan Okta hanya bisa menduga-duga hal apa yang membuat mereka akhirnya mengalami peristiwa tersebut. Mungkin penyebabnya karena salah satu dari teman mereka telah melanggar pantangan untuk tidak mengucapkan kata-kata yang ‘tidak sopan’.

Sudah lewat tengah malam ketika gangguan itu terjadi. Bima, dkk. sedang asyik berkumpul di ruang depan yang terhubung langsung dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Rumah itu begitu riuh dengan suara gelak-tawa mereka ketika mendadak listrik di rumah itu padam.

Bima yang memang paling pemberani diantara rombongan tersebut lalu mengajak Okta untuk mengecek breaker listrik yang terletak di dapur. Dengan membawa dua buah senter sebagai cahaya penerangan, Bima dan Okta lalu berjalan menyusuri ruangan di rumah itu menuju dapur.

Untuk mencapai dapur, terlebih dahulu mereka harus berjalan agak sedikit menepi dari ruangan depan, yang berarti di sisi sebelah kiri ruangan apabila dilihat dari depan rumah. Dari ruangan tersebut, mereka melewati lorong yang jaraknya tidak terlalu panjang, lorong yang terbentuk karena posisi dinding luar rumah dan dinding kamar tidur berdiri sejajar. Lorong pendek itu menghubungkan ruangan depan dengan ruang makan yang letaknya di tengah bangunan rumah. Untuk sampai ke dapur, mereka harus berjalan diagonal menyusuri ruang makan dari arah lorong tempat mereka dating, menuju celah dinding seukuran pintu yang memang dibiarkan tidak bersekat.

Ketika sampai di dapur, Bima dan Okta segera menyorot senter ke penjuru dinding dapur untuk menemukan letak breaker listrik. Ternyata benar saja, saklar pada breaker listrik tersebut memang turun.

Bima memerintahkan Okta untuk menerangi breaker tersebut, sedangkan ia berusaha mengembalikan saklar ke posisi on.

Percobaan pertama, tak lama saklar kembali turun ke posisi off. Percobaan kedua, lagi-lagi seperti itu. Saat Bima akan mencoba untuk ketiga kalinya, tiba-tiba terdengar seseorang menghardik dengan suara lantang.

“HEH!”

Secara refleks Okta segera menyorotkan senter ke arah datangnya suara. Bima dan Okta terkejut mendapati seorang nenek tua yang entah muncul dari mana, berdiri menghadang di perbatasan ruang makan dan dapur, menatap mereka berdua dengan mata melotot dan raut wajah ketus. Tangan Okta dengan cepat meraih gagang pintu yang menghubungkan dapur dengan halaman belakang.

Sial. Pintu itu masih terkunci. Keduanya segera menyadari kemunculan nenek tersebut terlalu ganjil. Jelas-jelas ruang makan yang mereka lewati tadi kosong. Bima bergerak tak kalah cepat membuka jendela besar yang terletak di samping pintu. Ia segera menarik Okta keluar melewati celah jendela yang terbuka. Keduanya berhenti beberapa saat setelah berhasil keluar dari dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun