Mohon tunggu...
Syifa Aulia
Syifa Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - 99

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkurangnya Omzet Demi Ramah Lingkungan

20 Februari 2019   13:53 Diperbarui: 12 Maret 2019   01:07 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Larangan penggunaan plastik di lingkungan UPNVJ karena adanya program Go Green, menimbulkan kerugian omzet pedagang kantin.

Lina, sapaan akrabnya membantu suaminya bekerja mencari uang tambahan. Wanita yang bekerja sebagai penjual minuman di kantin Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta (UPNVJ) tersebut akhirnya membagikan kisahnya pada Rabu (20/2) selama menjadi penjual minuman. 

Mulanya, Lina tidak bekerja dan hanya mengurus rumah serta 1 (satu) anaknya yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Ia memutuskan bekerja dengan orang lain karena kurangnya pendapatan suami yang hanya sebagai karyawan buruh. Anaknya ia titipkan dengan ibunya di rumah. Warung kecil itu sebenarnya bukanlah milik Lina. Ia hanya membantu pemiliknya menjualkan minuman tersebut.

Setiap bulannya Lina digaji sebesar 1 juta 5 ratus ribu rupiah. Jumlah tersebut menurutnya lumayan untuk tambahan kehidupan sehari-hari. "Kadang kurang sih kalo lagi banyak keperluan. Tapi ya dicukup-cukupin aja neng," ucapnya. Pendapatan menjual minuman seperti pop ice, jus, dan minuman dalam kemasan setiap harinya meraup keuntungan sebesar 800 ribu rupiah. "Kadang pernah kalo lagi rame 1 juta dapet," tuturnya. Uang tersebut langsung disetor kepada pemilik warung yang tinggal di Pangkalan Jati. Lina tidak mendapat jatah harian.

Namun, akhir-akhir ini Lina mengeluhkan bahwa pendapatan penjualannya menurun. Apalagi semenjak adanya peraturan Surat Keputusan (SK) rektor yang melarang penggunaan plastik sebagai bagian dari program Go Green. Program tersebut melarang para pedagang menjual air mineral kemasan dan penggunaan gelas plastik. Menurutnya, larangan tersebut membuat penurunan jumlah pendapatan sebesar 50%. "Berpengaruh banget karena air mineral kan paling banyak dicari," ucap Lina. Ditambah lagi mahasiswa saat ini yang jarang jajan dikantin. Padahal, jumlah mahasiswanya semakin banyak karena sudah menjadi universitas negeri. "Mungkin kali ya neng karena bangkunya sedikit, jadi pada males ke kantin," tutur wanita berusia 33 tahun itu.

Erna Hernawati, selaku Rektor UPNVJ mengaku bahwa program ini memang sudah lama direncanakan. “Untuk programnya sendiri sudah cukup lama karena memang kita juga di dalam pertemuan PTN diminta untuk partisipasinya dalam Go Green,” ucapnya. Mengenai aturan khusus dari program ini yaitu mengacu pada peraturan Rektor melalui surat edaran. Di dalam perencanaannya, program ini terdiri dari beberapa tahapan. Pertama, yaitu tidak adanya minuman kemasan di lingkungan UPNVJ. Kemudian, tidak adanya styrofoam dan tas plastik.

Akibat program Go Green tersebut, Lina juga mengalami kendala dalam masalah pencarian wadah gelas yang terbuat dari kertas seperti di restoran franchise. Gelas kertas tersebut menurut Lina susah dicari di pasar, stok terbatas, dan harga yang terbilang cukup mahal. "Kita kalo beli harus lewat online shop dulu. Harganya mahal trus sedikit. Harus bayar ongkir pula," keluh Lina.

Erna juga menyadari bahwa rencana mengganti gelas plastik dengan gelas kardus cukup manambah modal bagi para pedagang. Meski demikian, ia menyarankan menggunakan gelas yang tidak satu kali pakai. “Artinya kalau misalkan mahasiswa atau pembelinya mau take away, jadi mereka harus bawa tumblr sendiri,” tegasnya.

Meskipun Lina bukan pemilik sebenarnya, namun ia juga merasakan hambatan saat ini. Jika warungnya sepi pembeli, Lina merasa malas dan jenuh untuk berdagang, ingin pulang karena tidak tega melihat warungnya sepi. Ia juga menilai dengan melakukan larangan penjualan air mineral kemasan, mahasiswa masih dapat membelinya di minimarket depan kampus. "Sebagian mahasiswa kan males bawa air minum sendiri, bisa aja dia beli di minimarket trus sampahnya dibuang di dalem UPN. Kan itu sama aja plastik," tutur wanita yang tinggal di Cinere. Selain itu, ia juga menanyakan jika air mineral kemasan dilarang dijual, mengapa air kemasan lainnya seperti minuman teh masih boleh dijual. Padahal menurut Lina keduanya sama-sama berkemasan plastik.

Dengan menurunnya omzet setiap harinya, Lina berharap UPNVJ dapat memberikan solusi sehingga tidak ada pihak yang dirugikan karena adanya peraturan tersebut. "Air mineral kemasan jangan dihilangkan lah, itu kebutuhan mahasiswa minum air putih. Atau turunin harga sewa tempat karena pada berkurang kan omzet pedagang," keluhnya.

Menanggapi hal tersebut, Erna mengatakan dengan adanya kegiatan ini UPNVJ akan menyediakan instalasi air minum. Menurutnya, rencana tersebut sudah dalam pencarian penyedia instalasi yang akan membangunnya. Nantinya keran air minum itu akan dibangun di kampus UPN Limo dan Pondok Labu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun