Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apapun Ideologinya Ya Silahkan Saja

1 Oktober 2017   14:08 Diperbarui: 1 Oktober 2017   14:17 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: linguistikid.com

Namanya juga Demokrasi.  Dalam implementasinya, sekarang kita bisa baca buku dengan segala macam bidang-bidang keilmuan, pemikiran dan ideologi. Mau itu pemikiran atheisme, absurdisme, bahkan yang sekarang sedang ramai-ramainya, yaitu komunisme. Tak apa-apa, karena itulah Demokrasi. Saya pun tidak bermaksud sinis, karena memang harusnya ya seperti itu.

Maka tak usah heran kalau banyak anak muda atau mahasiswa yang sering juga menganut pemikiran-pemikiran semacam tadi. Karena dia berada dalam masa pencarian, maka ketika dia menemukan apa yang dianggapnya sesuai dengan apa yang dicarinya tadi, akhirnya dia pun mendalaminya sehingga kemudian menganutnya. Bukan hal yang aneh kalau para ateis atau agnostik ada di negeri ini, walaupun itu bertentangan dengan prinsip Pancasila. Begitu juga dengan komunisme yang bukan tak mungkin penganutnya ada di antara kita.

Soal partainya, orang bisa saja mengatakan PKI itu tak ada. Tapi ketika orang-orang sepaham tadi berkumpul dan membahas persoalan ideologi tersebut, secara tidak langsung sudah ada semacam komunitas organisasional laten yang bisa saja berkembang.

Saya tentu terlalu apriori. Hal demikian barangkali karena saat ini begitu banyak berita dan bahkan ada sebuah buku tentang agama yang seperti sedemikian krusial membahas komunisme bagaikan bom waktu yang bakal meledak. Saya barangkali terlalu terbawa isu media. Di sisi lain, seseorang mengatakan hal itu sama sekali tak ada.

Okelah, kalau begitu kita ini memang sedang ditakut-takuti oleh persoalan yang sama sekali tidak ada --kalau saya harus menarik konklusi demikian. Walaupun sebenarnya hal itu tak seharusnya juga dibesar-besarkan dan dijadikan suatu kekhawatiran. Soal kekhawatiran, sebenarnya saya sudah bahas pada tulisan sebelumnya, berikut juga dengan saran supaya kita tak takut dengan berbagai paham-paham yang muncul --apapun itu bentuknya.

Memang seperti itulah Demokrasi; yakni bebas tapi juga tidak benar-benar bebas sebebas-bebasnya. Artinya, kita pun bisa mengetahui banyak hal dengan pemerolehan pengetahuan yang bisa kita dapatkan dengan mudah tanpa ada yang melarang, karena persoalan pemerolehan ilmu pengetahuan itu juga hak asasi manusia. Kita harusnya bisa mengambil kesempatan ini baik-baik.

Sekali lagi, tak usah heran kalau manusia-manusia di antara kita ada yang menganut suatu paham. Dan kita pun tak usah melarang hal itu. Tapi, sebagaimana seperti yang sudah saya sebutkan pada tulisan sebelumnya (Toleransi dalam Berdemokrasi Juga Ada Batasnya), paham-paham apapun itu tidak boleh melanggar batas konstitusi negara ini sehingga menimbulkan kekacauan dalam stabilitas kebangsaan.

Inilah Demokrasi, dimana dia juga punya dampak, tapi kita juga harus tahu apa-apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya dampak eksesif sehingga dampak negatif tersebut tidak merusak bangsa ini. Ya, dalam segala aspek tentunya.

Permasalahan Bangsa terhadap Tiga Sila Pertama

Memang, permasalahan kebangsaan sudah begitu tampak dari tercerabutnya pemahaman  dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Harusnya kita mesti sama-sama memahami bahwa seseorang yang berkewarganegaraan Indonesia memang harus berprinsip pada agama. Selama ini pun kita memang tak pernah meributkan agama-agama di Indonesia. Dan mestinya kalau memang ada pihak yang tidak berprinsip pada satu agama saja, kita sudah bisa menindak karena itu sudah menyimpang dari asas bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun