Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menguak Polemik Lain Dunia Pasar Saham melalui Kasus Jouska

4 Agustus 2020   06:00 Diperbarui: 4 Agustus 2020   06:02 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa teman penulis yang berinvestasi saham bahkan tidak tahu bahwa terdapat program gratis semacam ini yang dilakukan secara rutin oleh bursa.

Acara yang diadakan oleh sekuritas pun belum dapat dikatakan memadai. Selain sebagaimana SPM yang hanya mampu memberikan "kulit luar" dari dunia saham, acara yang diadakan sekuritas pun perlu kita lihat secara lebih skeptis dan kritis. 

Acara ini umumnya gratis bagi klien sekuritas yang bersangkutan. Apakah kemudian kita dapat mengatakan bahwa sekuritas sedang berbaik hati?

Tentu tidak. Ingat, sekuritas pun didorong oleh motif ekonomi dalam operasionalnya. Pendapatan mereka umumnya diperoleh dari komisi transaksi jual-beli saham tanpa peduli apakah investor memperoleh untung dari transaksi tersebut atau tidak. 

Dengan berkaca dari kegiatan seminar yang diadakan oleh beberapa sekuritas yang penulis ikuti, penulis mendapati bahwa investor kerap digiring secara halus untuk memiliki cara pandang seorang trader dalam memandang saham yang diperjualbelikannya. 

Bagi yang sering mengikuti seminar semacam ini, tentu tidak asing dengan jargon seperti "beli murah, jual mahal", "ikuti bandarnya",  "jangan lupa cek moving average", dan sebagainya yang kerap terselip dalam seminar. Tentu, ada juga pembahasan mengenai aspek fundamental dari bisnis perusahaan, namun ini juga digunakan sebagai indikator dalam kegiatan trading.

Apakah kemudian trading adalah sesuatu yang buruk? Tentu tidak. Ada banyak orang yang memang memperoleh uang dari kegiatan tersebut. Namun apabila Anda adalah orang-orang yang memang berinvestasi secara jangka panjang, sulit rasanya menemukan media pembelajaran yang komprehensif dan mendalam sekaligus juga terstruktur dan mudah dimengerti layaknya kurikulum di sekolah.

Artinya, Anda mau tidak mau menghidupi ekosistem investasi yang setiap harinya dipenuhi hiruk-pikuk berita, isu, spekulasi, perjudian, dan sebagainya yang dibangun secara kolektif oleh pemain saham lainnya. 

Anda secara psikologis dibentuk untuk melihat saham hanya sebagai kombinasi empat huruf dengan harga yang ditempelkan padanya yang setiap detik selalu berubah. Anda girang dan membeli lebih banyak saham tertentu ketika harganya terus naik, kemudian Anda dibuat cemas dan menjual seluruh saham yang Anda miliki saat harganya turun dengan dalih cut-loss dan sejenisnya.

Di sini seharusnya menjadi celah di mana para financial planner dan "guru investasi" dapat masuk untuk memberikan apa yang tidak Anda dapatkan sebagai investor dari seluruh kanal pembelajaran yang tersedia. 

Namun alih-alih memberikan pengajaran yang lebih baik dan senantiasa bersikap netral dalam memandang produk investasi yang tersedia, mereka cenderung menjelma menjadi pembisik titipan dari para bandar maupun manajemen nakal yang hendak "menggoreng" saham tertentu seperti bagaimana yang terjadi dalam kasus Jouska. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun