Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tahun Ajaran Virtual: Momentum Introspeksi Arah Pendidikan Nasional

19 Juli 2020   05:17 Diperbarui: 20 Juli 2020   03:27 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa kelas 1 menjalani hari pertama sekolah di SDN 01 Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/7/2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti berisi, antara lain, tentang keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Salah satu hal yang ditekankan ialah kewajiban orangtua mengantar anak ke sekolah pada hari pertama tahun ajaran baru. (KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Pernahkah Anda memikirkan apa arti dari pendidikan? Apa pula arti dari mendidik dan dididik? Lalu, apa artinya status sebagai peserta didik dan tenaga pendidik? Terakhir, dan tidak kalah penting, apa tujuan dari proses pendidikan yang ada saat ini, khususnya di Indonesia?

Dewasa ini, diskusi panjang mengenai serba-serbi dunia pendidikan lazim kita jumpai. Topiknya bisa dimulai dari biaya pendidikan, kurikulum dalam proses pendidikan yang hendak diterapkan, hingga siapa sosok yang pantas menjadi Menteri Pendidikan di periode kepemimpinan presiden berikutnya. 

Semua punya opini, namun masalahnya kita tidak pernah bisa bersepakat dan secara konsisten membangun serta menjalani konstruksi pendidikan setiap kali dilakukan pergantian di sana-sini.

Tengok misalnya polemik kurikulum pendidikan formal yang rasa-rasanya selalu berganti wujud setiap kali ganti menteri atau rezim.

Tengok juga misalnya ketegangan antara peserta didik dengan pihak penyelenggara pendidikan terkait skema biaya pendidikan yang hampir selalu dihiasi dengan demonstrasi dan perdebatan panas. 

Atau tengok juga masalah ketidaksetaraan fasilitas dan infrastruktur pendidikan di negara ini yang sampai saat ini belum terselesaikan dan malah menjadi semakin kronis semenjak diterapkannya aktivitas pendidikan dalam jaringan (daring) sehubungan dengan pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda.

Dalam situasi seperti saat ini, pemerintah memang sudah memutuskan untuk memperpanjang penyelenggaraan pendidikan daring setidaknya hingga akhir tahun 2020. 

Konsekuensi logisnya, tahun ajaran baru untuk pertama kalinya diselenggarakan secara daring kendati berdasarkan refleksi terhadap penyelenggaraan di tahun ajaran sebelumnya, kendala infrastruktur dan adaptasi sumber daya manusia (SDM) masih menjadi momok yang belum terpecahkan.

Di tengah situasi ini, penulis sejenak ingin mengajak pembaca untuk menarik diri dari pasang-surut situasi saat ini dan merenungkan setidaknya dua hal yang lebih subtil. 

Pertama, apa esensi dari sebuah proses pendidikan, utamanya pendidikan formal? Konsep pendidikan merupakan konsep besar yang sayangnya tidak banyak orang yang mau menguliknya lebih mendalam dan komprehensif. 

Akibatnya, seringkali kita kehilangan arah dalam menghidupi prosesnya, baik sebagai peserta didik, tenaga pendidik, maupun spektator yang menyaksikan dari pinggir gelanggang pendidikan. Untuk itu, kita perlu kembali ke dasarnya untuk membangun kembali pemahaman yang lebih holistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun