Beberapa penelitian terdahulu tentang Artificial Intelligence (AI) dalam pembelajaran PAUD di antaranya: Holmes et al. (2019) menemukan bahwa sistem pembelajaran adaptif meningkatkan motivasi belajar anak melalui personalisasi konten. Chen et al. (2020) menunjukkan bahwa aplikasi AI berbasis suara membantu anak dengan hambatan bicara meningkatkan kemampuan bahasa. OECD (2021) menegaskan risiko kesenjangan digital antar sekolah jika infrastruktur tidak merata. Zawacki-Richter et al. (2019) menyoroti literasi digital guru sebagai faktor kunci keberhasilan Artificial Intelligence (AI) dalam pendidikan. Yu & Wang (2022) menyatakan AI dapat meringankan beban administratif guru, tetapi tetap perlu dilengkapi dengan aspek humanis. Bahkan dalam Fauziddih dan Ningrum (2024) disebutkan ada 30 penelitian tentang Artificial Intelligence, Early Childhood Education, Personalized Learning, Teacher Innovation, Real-time Feedback.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Artificial Intelligence (AI) pada Pendidikan Anak Usia Dini sudah sangat familier dan sudah diterapkan di beberapa negara di dunia. Di Indonesia, PAUD memiliki posisi strategis sebagai fondasi pembangunan sumber daya manusia. Berdasarkan Kemendikbud Ristek (2023), angka partisipasi kasar PAUD telah mencapai 41,22%. Namun, laporan Studi Diagnostik PAUD Indonesia yang dirilis oleh UNICEF (2021) menemukan bahwa akses dan kualitas layanan PAUD masih belum merata. Sebagian besar lembaga PAUD masih terfokus pada calistung (membaca, menulis, berhitung) dibandingkan stimulasi perkembangan holistik anak. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran, mengingat pendidikan anak usia dini seharusnya menekankan pada bermain, eksplorasi, dan pembentukan karakter.
Selain itu, kesenjangan infrastruktur juga cukup lebar. Penelitian oleh Utami dkk. (2022) dalam Jurnal Obsesi menunjukkan bahwa PAUD di daerah perkotaan memiliki akses lebih baik terhadap perangkat teknologi dan sumber daya digital, sementara PAUD di pedesaan sering menghadapi keterbatasan sarana serta rendahnya literasi digital guru. Hal ini berdampak pada kurang optimalnya pemanfaatan teknologi, padahal pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi sarana penting dalam menjaga keberlangsungan pembelajaran, termasuk di PAUD.
Fenomena lain yang juga menonjol adalah beban administratif guru. Studi Balitbangdikbud (2020) menemukan bahwa lebih dari 60% guru PAUD merasa terbebani dengan tuntutan pelaporan perkembangan anak dan komunikasi dengan orang tua. Kehadiran Artificial Intelligence (AI) berpotensi membantu guru dalam mengelola data perkembangan anak secara otomatis, sehingga waktu guru dapat lebih difokuskan pada interaksi langsung dengan anak. Namun, penggunaan teknologi ini menimbulkan dilema karena dikhawatirkan mengurangi peran humanis guru sebagai pendidik utama yang memberikan kasih sayang dan teladan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI