Mohon tunggu...
Satriya Agung
Satriya Agung Mohon Tunggu... Jurnalis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artical Intelligence dan Pembelajaran Paud Masa Depan

11 Oktober 2025   10:09 Diperbarui: 11 Oktober 2025   15:24 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artical Intelligence dan Pembelajaran Paud Masa Depan

Oleh : Yulia Rusmala. Program Doktoral Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Surabaya

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Salah satu inovasi yang semakin mendapat perhatian adalah Artificial Intelligence (AI). Artificial Intelligence (AI) merupakan kemampuan sistem komputer untuk meniru kecerdasan manusia melalui proses belajar, penalaran, dan pemecahan masalah (Russell & Norvig, 2021). Dalam konteks pendidikan, AI dipandang sebagai teknologi yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap efektivitas pembelajaran, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Namun, pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), penerapan AI masih menjadi topik yang relatif baru dan memerlukan kajian mendalam, terutama karena anak usia dini memiliki karakteristik perkembangan yang unik.

Artificial Intelligence (AI) didefinisikan sebagai teknologi yang memungkinkan sistem komputer meniru kecerdasan manusia melalui analisis data, pengenalan pola, dan pengambilan keputusan (Russell & Norvig, 2021). Dalam dunia pendidikan, AI berperan sebagai intelligent tutoring system (ITS) yang mampu menghadirkan pembelajaran adaptif. Luckin et al. (2016) menyebut AI bukan sekadar “pengganti guru”, tetapi lebih sebagai intelligence augmentation yang mendukung guru dalam merancang pengalaman belajar yang lebih personal.

Dalam konteks PAUD, Artificial Intelligence (AI) dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk misalnya, aplikasi bercerita interaktif, permainan edukatif adaptif, serta perangkat analisis perkembangan anak. Penelitian Holmes et al. (2019) menunjukkan bahwa ITS mampu meningkatkan keterlibatan belajar anak usia dini karena anak merasa materi sesuai dengan kemampuan mereka. Namun, penggunaan Artificial Intelligence (AI) tetap harus didampingi guru agar anak tidak kehilangan interaksi emosional.

UNESCO (2021) menekankan dua sisi AI dalam pendidikan: di satu sisi membuka akses dan meningkatkan kualitas, namun di sisi lain berpotensi menimbulkan kesenjangan jika tidak diatur dengan baik. Oleh sebab itu, penerapan AI di PAUD menuntut keseimbangan antara manfaat teknologi dan kebutuhan anak akan interaksi nyata.

Pendidikan anak usia dini menekankan perkembangan holistik, mencakup aspek kognitif, sosial-emosional, motorik, bahasa, dan moral-spiritual. Menurut Piaget (1952), anak usia dini berada pada tahap praoperasional (2–7 tahun), di mana mereka belajar melalui simbol, bermain imajinatif, dan pengalaman konkret. Artinya, teknologi AI hanya efektif bila digunakan untuk memperkaya pengalaman bermain anak, bukan menggantikannya.

Vygotsky (1978) menambahkan bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Konsep Zone of Proximal Development (ZPD) menunjukkan bahwa anak berkembang optimal dengan bimbingan orang dewasa atau teman sebaya melalui scaffolding. Dalam konteks ini, AI dapat membantu menyediakan aktivitas belajar yang sesuai dengan ZPD anak, tetapi keberadaan guru tetap penting sebagai pendamping emosional dan sosial.

Pendekatan lain adalah teori Multiple Intelligences oleh Gardner (1993) yang menyatakan bahwa anak memiliki beragam kecerdasan (linguistik, logis-matematis, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis). Artificial Intelligence (AI) berpotensi memberikan variasi media pembelajaran sesuai jenis kecerdasan dominan anak misalnya, anak dengan kecerdasan musikal dapat menggunakan aplikasi AI berbasis musik untuk belajar pola bahasa.

Pendidikan abad ke-21 menuntut keterampilan 4C (Critical thinking, Creativity, Collaboration, Communication). Bagi PAUD, keterampilan ini ditanamkan melalui bermain kreatif, kolaboratif, dan eksploratif. AI dapat membantu dengan menghadirkan simulasi, permainan interaktif, atau cerita digital yang mendorong anak berpikir kritis dan kreatif (Trilling & Fadel, 2009).

Selain itu, literasi digital merupakan kompetensi penting. Menurut OECD (2021), anak-anak sejak dini perlu dikenalkan dengan teknologi secara aman dan terarah. Artificial Intelligence (AI) bisa mendukung literasi digital dengan cara sederhana misalnya, chatbot edukatif yang menjawab pertanyaan anak atau aplikasi menggambar yang mampu mengenali pola dan memberi saran kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun