Pada tanggal 17 September 2025, saya berkesempatan melakukan wawancara dengan Mas Moko Prasetyo, Ketua RT 9 RW 3 Ngagel Tirto. Wawancara ini bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai peran, tantangan, dan pandangan beliau selama menjabat sebagai Rukun Tetangga (RT).
Mas Moko mulai menjabat sebagai RT sejak tahun 2024. Awalnya, ia tidak memiliki niat untuk mengemban jabatan tersebut. Namun, karena adanya dorongan dan kepercayaan dari warga, akhirnya Mas Moko menerima amanah itu. Hal ini menunjukkan bahwa jabatan RT bukan semata keinginan pribadi, melainkan bentuk tanggung jawab dari kepercayaan masyarakat.
Dalam wawancara, Mas Moko menjelaskan bahwa tugas utama seorang RT sangat beragam. Tugas tersebut meliputi pendataan penduduk, penyelesaian masalah sosial, serta mempersiapkan kegiatan masyarakat seperti kerja bakti. Selain itu, RT juga berperan sebagai jembatan antara pemerintah dan warga, terutama dalam penyampaian informasi terkait program-program pemerintah maupun kebijakan dari Pemkot. Dengan kata lain, RT adalah figur penghubung yang memastikan aliran informasi berjalan dengan baik dan kegiatan sosial dapat terlaksana.
Ketika ditanya mengenai tuntutan terbesar selama menjabat, Mas Moko menekankan bahwa menjaga kerukunan antar warga adalah hal yang paling menantang. Mengguyubkan warga agar tetap rukun bukanlah perkara mudah, terutama di tengah keberagaman karakter, kesibukan, dan kepentingan masing-masing individu. Namun, menurutnya, itulah inti dari tugas seorang RT: menjadi pemersatu di tengah perbedaan.
Terkait peran dalam menjaga keamanan dan ketertiban, Mas Moko menjelaskan bahwa sebagian besar tugas pengamanan memang dilimpahkan kepada pihak keamanan setempat, seperti satpam atau linmas. Meski begitu, ia tetap ikut serta dalam pengawasan demi memastikan ketertiban lingkungan tetap terjaga. Hal ini membuktikan bahwa peran RT tidak bisa dilepaskan sepenuhnya dari aspek keamanan warga.
Ketika berbicara mengenai permasalahan utama di lingkungan, Mas Moko menyoroti kesulitan warga untuk terlibat dalam kegiatan bersama. Menurutnya, menjaga rasa kebersamaan dan gotong royong sering kali menjadi tantangan besar. Sebagai solusi, ia berusaha untuk selalu memberi perhatian kepada warga. Dengan pendekatan personal, Mas Moko berusaha menumbuhkan rasa dalam diri warga agar mereka mau ikut serta dalam kegiatan lingkungan.
Dalam menghadapi konflik antarwarga, Mas Moko lebih mengedepankan musyawarah. Menurutnya, musyawarah adalah cara terbaik untuk menemukan titik tengah tanpa menimbulkan keributan. Prinsip ini sejalan dengan nilai kearifan lokal yang menjunjung tinggi mufakat dalam penyelesaian masalah sosial.
Terkait dengan warga yang kurang aktif, ia biasanya akan memberikan pengingat dan edukasi mengenai pentingnya menjaga kerukunan serta keterlibatan dalam kehidupan bermasyarakat. Mas Moko percaya bahwa dengan pemahaman yang baik, warga akan lebih sadar mengenai peran mereka dalam menciptakan lingkungan yang harmonis.
Dalam pembagian bantuan sosial seperti sembako, BLT, atau dana lainnya, ia menegaskan bahwa keadilan adalah hal utama. Untuk memastikan bantuan tepat sasaran, Mas Moko melakukan pengamatan langsung terhadap keseharian warga serta meminta informasi tambahan dari tetangga sekitar. Dengan cara ini, ia berusaha meminimalkan adanya pilih kasih.
Mengenai komunikasi, Mas Moko menilai bahwa penggunaan media digital seperti WhatsApp justru sangat membantu. Mengingat banyak warga yang sibuk dan sulit diajak bertemu langsung, komunikasi digital mempermudah penyampaian informasi sekaligus menjaga keterhubungan antar warga.
Menanggapi konflik antara kebijakan pemerintah dengan kebutuhan warga, Mas Moko menekankan pentingnya mendengarkan keluhan masyarakat terlebih dahulu. Setelah itu, ia akan menyampaikan aspirasi warga kepada pihak pemerintah. Dengan demikian, suara warga tetap terwakili dalam proses kebijakan.