1. Peningkatan Suhu Laut
Kenaikan suhu laut akibat perubahan iklim memiliki dampak signifikan terhadap distribusi spesies elasmobranch. Banyak spesies elasmobranch yang bergantung pada suhu laut tertentu untuk bertahan hidup dan berkembang biak, sehingga perubahan suhu dapat mempengaruhi pola migrasi mereka. Beberapa spesies yang lebih sensitif terhadap perubahan suhu ini terpaksa bergerak ke perairan yang lebih dingin atau lebih dalam untuk mencari kondisi yang lebih sesuai dengan kebutuhan suhu tubuh mereka (Heithaus et al. 2010). Perubahan pola migrasi ini tidak hanya berdampak pada ketersediaan makanan yang dapat dijangkau oleh spesies tersebut, tetapi juga mengganggu kestabilan habitat mereka. Perubahan ini berpotensi menyebabkan pergeseran ekosistem laut, yang dapat mengarah pada ketidakseimbangan dalam rantai makanan dan mengancam kelangsungan hidup elasmobranch di beberapa wilayah (Dulvy et al. 2014). Selain itu, pengaruh perubahan iklim terhadap suhu laut dapat memperburuk stres lingkungan yang sudah dihadapi oleh spesies-spesies ini, memperburuk risiko kepunahan mereka.
2. Pengasaman Laut
Meningkatnya kadar karbon dioksida di atmosfer menyebabkan pengasaman laut, yang memiliki dampak langsung pada ekosistem laut, termasuk terhadap spesies elasmobranch. Pengasaman laut ini dapat mempengaruhi sistem pernapasan dan metabolisme elasmobranch, terutama pada spesies yang bergantung pada keseimbangan pH dalam air untuk bertahan hidup (Heithaus et al. 2010). Perubahan pH ini dapat mengganggu proses fisiologis dasar mereka, seperti pertukaran gas dan penyerapan oksigen, yang berpotensi mengurangi efisiensi metabolisme. Selain itu, pengasaman laut dapat mengganggu perkembangan embrio pada beberapa spesies elasmobranch, yang berdampak pada tingkat kelangsungan hidup dan kemampuan reproduksi mereka (Otake et al. 2018). Dampak ini berpotensi memperburuk kondisi kelangsungan hidup spesies-spesies ini di masa depan, mengingat bahwa gangguan terhadap pertumbuhan dan reproduksi dapat mempengaruhi stabilitas populasi mereka secara keseluruhan.
3. Gangguan pada Rantai Makanan
Perubahan iklim juga berdampak pada populasi mangsa utama elasmobranch, seperti ikan kecil dan krustasea. Penurunan suhu laut atau perubahan distribusi mangsa dapat mempengaruhi ketersediaan makanan bagi predator ini (Heithaus et al. 2010). Jika populasi mangsa menurun, predator seperti hiu dan pari akan kesulitan memperoleh makanan, yang dapat menyebabkan penurunan populasi mereka (Dulvy et al. 2014). Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan elasmobranch pada kestabilan ekosistem sangat rentan terhadap perubahan iklim yang mengubah dinamika rantai makanan di lautan.
Kehilangan Habitat: Ancaman yang Tak Terelakkan
1. Kerusakan Terumbu Karang dan Padang Lamun
Banyak spesies hiu dan pari bergantung pada ekosistem penting seperti terumbu karang dan padang lamun untuk mencari makan dan berkembang biak. Terumbu karang menyediakan tempat perlindungan dan sumber makanan bagi berbagai spesies elasmobranch, sementara padang lamun merupakan habitat penting untuk pemijahan dan perawatan muda. Namun, pemutihan karang yang disebabkan oleh perubahan iklim, bersama dengan aktivitas manusia seperti penambangan pasir dan pembangunan pesisir, telah mengancam kelangsungan habitat-habitat ini (Heithaus et al. 2010). Kehilangan atau degradasi habitat-habitat kritis ini dapat mengurangi ketersediaan makanan dan tempat berlindung bagi hiu dan pari, serta mengganggu siklus hidup mereka, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan populasi secara signifikan (Dulvy et al. 2014).
2. Polusi Laut
Pencemaran laut yang berasal dari limbah industri, plastik, dan tumpahan minyak dapat merusak habitat penting bagi elasmobranch, seperti terumbu karang dan padang lamun, yang merupakan tempat pencarian makan dan pemijahan bagi spesies ini. Mikroplastik yang terurai di laut dan masuk ke dalam rantai makanan juga dapat memiliki dampak yang merugikan, mengganggu sistem fisiologis elasmobranch. Mikroplastik ini dapat terakumulasi dalam tubuh mereka, mempengaruhi kesehatan organ internal, dan mengganggu proses metabolisme serta sistem pencernaan mereka (Rochman et al. 2015). Selain itu, paparan terhadap zat beracun dari limbah industri dan tumpahan minyak dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka, meningkatkan stres dan mengurangi daya tahan terhadap perubahan lingkungan (Heithaus et al. 2010).