Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Si Hitam dan Teman-temannya

7 Januari 2021   16:02 Diperbarui: 7 Januari 2021   16:06 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://gerava.com/kucing-hitam/

Malam ini hanya ada kami berdua di dalam rumah. Ayah dan Ibu sedang ada pekerjaan, terpaksa aku yang harus membacakan cerita fabel untuk adikku, Mia.

"Apa kamu sudah siap? Janji ya, habis kakak baca cerita ini, kamu langsung tidur?,"

"Iya kak, janji."

Aku membuka buku cerita dongeng, ada banyak cerita di dalamnya, namun aku menemukan satu judul yang menarik perhatianku. Judulnya, "Si Hitam dan Teman-temannya"

***

Alkisah, hiduplah seekor kucing hitam di hutan. Kucing kecil ini senang berteman. Dan kucing ini memang punya banyak teman. Dia berteman dengan banyak binatang buas di hutan tempat dia tinggal. Dari binatang kecil sampai besar, semuanya adalah temannya. "Aku punya banyak teman," sang kucing biasa berpikir, "Aku sangat senang ada banyak orang di hutan ini yang menyukaiku. Aku merasa dicintai"

Seiring waktu berlalu, kucing semakin bangga dengan banyak temannya. Memiliki terlalu banyak teman menyenangkan kucing, karena dia menghitung kebahagiaan bukan berdasarkan kualitas tetapi berdasarkan kuantitas.

Suatu hari hal yang mengerikan terjadi. Ada sekelompok anjing berlarian di hutan dan mereka berburu kucing. Takut, dan sangat membutuhkan bantuan, kucing berlari ke teman-temannya. Dia pergi ke kuda dulu. "Kamu cepat dan memiliki banyak ruang di punggungmu, tolong bawa aku ke tempat yang aman." Kuda itu, bagaimanapun, menolak. "Saya memiliki pekerjaan penting lainnya, maafkan aku hitam," itulah yang dia katakan.

Selanjutnya, dia berlari ke arah kerbau. "Tolong bantu saya," pintanya. "Ya, tapi aku punya tugas sebelumnya." Kemudian dia menambahkan bahwa kambing itu mungkin bisa membantu. Jadi, kucing itu lari ke kambing. "Tolong, bantu aku kambing. Aku ketakutan," serunya. Tetapi kambing itu berkata, "Aku kecil dan punggungku kaku. Kalau kamu ikut aku mungkin kamu akan melukai diri sendiri. "

Setelah itu, Kancil berlari ke arah domba jantan itu. "Akankan kamu menolongku?" Kucing bertanya. "Maaf, aku tidak bisa membantu," jawabnya. "Soalnya, aku tidak suka mencampuri urusan orang lain. Dan sebagai informasi buat kamu, anjing pemburu diketahui memakan domba juga. Jadi, mintalah bantuan lain hari. "

Harapan terakhirnya adalah anak sapi, yang juga menolak. "Aku tidak ingin mengambil terlalu banyak tanggung jawab. Jadi, aku tidak dapat membantu kamu." Sekarang anjing-anjing itu sudah dekat. "Apa yang harus saya lakukan?" Sebelum dia bisa memikirkan sesuatu yang lebih, dia lari. Dengan sekuat tenaga dia lari! Untungnya dia lolos tapi dia tidak pernah mendapatkan banyak teman lagi. Dia telah memetik pelajarannya

***

Mia terlihat bingung, "Berarti cerita ini ngajarin kita buat ga bertemen ya kak? Kok temennya kucing jahat-jahat banget?"

Aku tersenyum, tanganku mengelus-elus kepalanya sembari berkata, "Nggak gitu dek."

"Berteman memang hal yang mengasyikkan. Apalagi di umur kamu yang sekarang ini, berteman rasanya akan menyenangkan. Kamu mungkin akan ngerasa bahwa temen kamu bener-bener peduli sama kamu." Ucapku menjelaskan.

"Tapi, semakin dewasa, nantinya teman kita perlahan akan menghilang. Lebih tepatnya menghindar. Mungkin sekarang temen kita peduli banget sama kita, tapi kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi esok lusa."

"Saat dewasa nanti, semua teman-temanmu akan sibuk dengan urusannya sendiri. Hanya sedikit teman-teman yang tetap menanyakan kabar dan memberikan semangat. Itulah teman yang harus kamu pertahankan."

"Kalau kamu punya teman yang ketika dewasa nanti masih sering menghubungi dan menyemangatimu, jaga teman itu. Karena teman itu adalah teman sejatimu. Teman sejati tidak akan meninggalkan temannya hingga ajal menjemput."

Mia terdiam, berusaha mencerna kalimatku yang memang agak sedikit berat jika dicerna oleh anak-anak.

"Jadi, lebih baik kita punya sedikit teman namun teman itu bermanfaat dan membantu kita, daripada kita punya banyak teman namun gak ada yang bisa ngertiin kita?", Tanya Mia.

"Hmm, iya kayak gitu."

Aku jadi teringat dengan sahabat-sahabatku dulu. Entah kemana mereka sekarang, semenjak insiden perdebatan beberapa tahun lalu, kami sudah tak saling menghubungi. Aku lebih sering berdiam di rumah, berharap bisa kembali punya sahabat.

"Mia, kalau kamu mau punya teman yang baik, kamu juga harus bisa baik sama temanmu. Kalau kamu mau dimengerti, kamu juga harus bisa mengerti temanmu. Kalau kamu udah kayak gitu, pasti kamu bakal ketemu sama teman yang bener-bener teman, ialah sahabat atau teman sejati."

Aku tersenyum, cerita hari ini berakhir dengan kenangan. Semoga kelak aku bisa menemukan sahabat sejati. Juga aku harus lebih peduli dengan diriku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun