Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Yang Mulia Inspeksi Dapoer Oemoem

21 Agustus 2014   17:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:57 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Negeri Jakarta, tertanggal 21 Agustus 2014. Pukul 04.00 WIB pagi mruput dengan baju kebesaran, tak lupa di pinggang terselip keris di kiri dan kanan. Yang Mulia naik kuda kesayanganya dan wakilnya naik tandu tertutup rapat, sebab trauma berat ketika kepalanya digigit kuda, gara-gara rambut ubanya dianggap rumput kering.

Sedang di belakangnya mengiring tujuh patihnya, beserta awak media TV yang baik dan tentu dibelakangnya para begundalnya berbaris disepanjang jalan protokol. Di jalan Yang Mulia selalu tengok kanan kiri persis ondelondel, Inspeksi Dapoer Oemoem sesuai amanatnya tempo hari, lalu terhenti:

“Ibu kenapa belum buka dapoer oemoem”

“Yang mulia, Ibu hanya punya peralatan dapur”

“Bagus segera dirikan dapoer oemoem tunjukkan pada dunia kita sedang berjuang”

“Tapi…”

“Ibu jangan menangis, pasang peratalan dapur Ibu dan spanduknya nanti Ibu masuk tivi yang baik dan ditonton seluruh dunia, Ibu pasti senang!”

“Tapi…” Suara menghiba Ibu itu tak terdengar, tetutup suara gemrenggeng para patihnya yang tak suka mendengar rengeknya, lalu salah satu patih menarik ekor kuda Yang Mulia.

Yang Mulia melanjutkan perjalanan, sepuluh meter kemudian terhenti. Yang Mulia melihat diantara dua pohon Mahagoni yang besar tertutup rapat oleh spanduk yang membentang panjang hampir limapuluh meter dengan warna merah putih dan tinggi lima meter.

“Patih.. lihat dan baca, awak media yang baik sorot spanduk yang luar biasa besarnya sebar berita ke seluruh dunia dan patih kontak Jaya Suprana perintahken daripada saya beri mereka rekor MURI” Perintah Yang Mulia, di pagi berkabut dan tidak ada penerangan lampu jalan. Lalu para patih mendekat dan membaca

“Dapoer oemoem, para pusthun-pusthun bla-blaa-blaaa”

“Patih kenapa tertutup rapat dan tidak terlihat para Ibu-ibu?”

Lalu salah satu patihnya mendekat dan membisiki sesuatu

“Harap maklum Yang Mulia, itu dapoer oemoem dari ibu-ibu koalisi….” Bisiknya pelan, sesaat kemudian kepala kudanya manggutmanggut, tanpa komando kudanya berjalan kembali.

Limapuluh meter kemudian, kudanya berjalan pelan-pelan melewati tenda-tenda semrawut memakan bahu jalan kiri kanan

“Patih… lihat sepanjang bahu jalan penuh tenda-tenda, luar biasa patih dukungan mereka” sesaat kemudian terdiam, Yang Mulia melihat kanan, kiri dan dari ujung ke ujung sepertinya ada yang kurang.

“Patih…Segera pasang spanduk dan umbulumbul kebesaran di sini! Tanpa spirit tulisan mereka seperti tak punya jiwa, apa nanti kata dunia! Perintahken awak media yang baik jangan meliput tunggu dipasang spanduk dan umbul-umbul”

“Siap Yang Mulia!” jawab mereka serempak. Dan salah satu patih menyodok pantat kudanya pakai stick golf.

Selepas ujung jalan itu, kudanya melewati deretan panjang emperan pertokoan yang kotor dan becek. Lalu terhenti sesaat, Yang Mulia melihat kanan kiri bergelimpangan orang-orang pada tiduran, berbaju rombeng. Lalu kudanya mengibas-ibaskan ekornya, kode para patih suruh mendekat dan merubung kepala kuda menanti perintah dengan takzim.

“Patih perintahken para koalisi, awak media jangan berisik dan dilarang keras mengekspos para pejuang yang datang dari penjuru negeri yang sedang tiduran karena kecapaian. Sita yang sudah terlanjur ekspos, sita lalu musnahkan bila tak mentaati perintah, culik dan breidel” perintahnya sambil berbisik

“Siap Yang Mulia” jawab patih serempak, berdiri tegak sambil hormat.

Lalu salah satu patih menutup kaca mata kudanya, menyumpal telinga dan tak lupa mengikat ekornya. Tanpa bisa melihat kanan kiri, mendengar dan ekornya tak berkibas memberi kode lagi, kudanya berjalan lurus dan terus tanpa berhenti. Entah sampai kapan kuda itu berhenti hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

Mruput: berkabut

#jangansensi

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun