Purwokerto, 30 Juni 2011. akhir bulan Juni ini adalah saat penerimaan siswa-siswi baru tingkat SMA dikotaku dan mungkin ini terjadi diseluruh negeri ini. dua hari yang lalu aku mengantar keponakan melihat pengumuman masuk SMA Favorit nomer satu dikotaku. setelah NEM diadu lolos, giliran melalui test tertulis yang ketat ternyata keponakan sukses menerjang dan menerobos uji kompentensi perebutan kursi dan bangku setelah melihat di papan pengumuman DITERIMA.
Berita diterimanya sampai keortunya, kulihat bangga dengan keberhasilan anaknya...yaa iyalah siapa sich yang tidak bangga anaknya berhasil masuk sekolah favorit via jalur test, iet...nanti dulu? jangan bangga dulu. setelah pengunguman diterima maka sekarang giliran orang tuanya di TEST, test apa?. coba baca penggalan dialog tadi pagi ini.....yang terjadi sebelum ortu ponakan berangkat menuju ke Sekolahanya.
Ortu ponakan "wah bayaran masuk sekolah berapa yaa....apa tidak dibebani uang macam-macam " aku yang diajak omong langsung nyaut "masuk sekolah gratis koq sekarang, tidak pakai uang macam-macam hanya satu macam pakai uang rupiah, tidak pakai dolar, dinnar, euro. sudah berangkat saja sana" ortu "wong gedheng....maksudnya apa tidak uang gedung, atau sumbangan lainnya" jawabku "hahaa...kemarin waktu ngantar anakmu aku tidak lihat sekolahnya lagi mbangun koq...sekolah tersebut sudah ada sejak jaman Belanda sampai sekarang ya seperti itu. tapi kalau mereka2 merasa yang mbangun yaa tidak apa-apa kasih saja ....", ortu keponakan "Om gedheng...." sambil keluar rumah, berangkat ke sekolah menemui pihak sekolah yang baru.
Nah tadi siang aku ketemu lagi, sambil nyengar-nyengir "bener Om...masuk sekolahnya gratis-tis malah tidak kena parkir" sahutku "nah...benarkan masuk sekolah gratis dan tidak kena uang parkir" sambungnya "dan bener juga, mereka merasa yang mbangun sekolahnya tadi aku disuruh ngisi blanko untuk uang gedung oyaa...dimintai juga sumbangan sukarela karena sekolah tersebut membeli tanah yang dibelakang untuk perluasan sekolah aku tadi dimintai uang sukarela" aku terbengong-bengong "hahaha sekolah sekarang melakukan kebohongan publik yaa...ngaku-ngaku yang mbangun sekolahnya dari dulu jaman aku sekolah sampai sekarang objekannya satu UANG GEDUNG dan UANG SUKARELA kalau memang benar buat uang gedung harusnya sekarang sudah tingkat lima kali yaa?" sahut ortu "lhaa bagaimana lagi katanya sudah dirapatkan dengan komite sekolah dan disetujui oleh Diknas, blangkonya saja ada stempel Diknas yaa...aku isi 4,5 juta terus ngisi uang sukarela 1 juta". sahutku "hahaha uang gedung..uang gedung...komite-komite hanya untuk kedok..." sahut ortu ponakan "sudahlah yang penting aku menghargai usaha anakku lulus test... gantian aku nebus itu semua, buat masa depan ponakanmu" sambil ngeloyor pergi kebelakang dengan wajah tanpa senyum mikirkan dari mana yaa uangnya.
Saat aku keluar dari rumahnya...papasan dengan ponakkanku "sini...sebentar, om..mau memberi tahu kabar penting tolong dicamkan baik-baik ya..." jawab ponakan dengan wajah bingung "yaa...om ada apa?" sahutku "nih...aku beritahu yaa bapakmu tadi disekolahmu yang baru, juga di test lhoo... dan hasilnya meloloskan kamu masuk sekolahmu", ponakan kelihatan bingung "maksud om..." jawabku "jangan salah yaa..masuk sekolah sekarang yang diuji bukan hanya calon siswanya, setelah diterimapun masih ada ujian. yaa ujian bagi orang tua yang diterima juga ada" sahut ponakkanku semakin bingung "masa sich om....bapak tadi ujian apa" jawabku "kamu waktu ujian diberi lembar kertas soal dan jawabankan?...nah tadi bapakmu disekolahanmu yang baru, juga dikasih kertas soal ada dua pertanyaan, dan satu soal lagi disuruh menjawab soal teka-teki alias tebakan dan semuanngya sudah dijawab bapakmu secara tertulis....nak, jangan kuatir jawabanya pasti benar karena sudah diberi bisikan-bisikan untuk menjawab soal-saol tersebut, tenang saja aku jamin test kamu berdua LULUS, sudah sana tanya bapakmu..." sambil aku ngeloyor pergi meninggalkan keponakkan dengan wajah bengong.... kulihat kebelakang ponakkan masuk dalam rumah.....
Sambil melangkah keluar, kubayangkan bapak ponakanku muring-muring "om-mu...gendheng". yaah itulah yang sering tidak disadari oleh anak-anak dan ortu yang baru diterima disekolah yang baru....bahwa setelah diterima dengan berjuang belajar memperebutkan satu buah kursi, jangan bangga dulua yaa...nak?.
Setelah itu giliran orangtua ditest juga kemampuan finansialnya....dalam lembar jawaban, soalnya terkadang bisa jadi teka-teki atau tebakan alias sukarela alias tidak ada batasan terendah dan tertinggi. dan bila mampu menjawab karena sudah ada persiapan uangnya, tidak masalah. bila orangtuamu seperti aku.... nak aku nulis sambil mengeluarkan air mata, sedih.
.
salam,