Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu...

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kisah Brandhal Lokajaya

29 Desember 2012   14:32 Diperbarui: 4 April 2017   16:21 2412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raden Mas Sahid

Adalah putra Adipati Tubanyang bernama Raden Mas Sahid, nama yang ditakuti di wilayah Tubangung, seorang pemuda brandalan, karena budi pekertinya yang hanya mengumbar hawa nafsu dan memrugikan masarakat, sehingga mencoreng moreng nama orang tuanya.Berkali-kali Adipati Wilatikta menasehati putranya, rupanya masuk telinga kiri keluar telinga tangan.

Dia selalu mengikuti kehendak keinginan nafsunya, karena dajal la'nat yang telah merasuk ke dalam jiwanya. Sehari-harinya hanya berjudi, menyabung ayam, bermain dadu, jika kalah dan uangnya habis, maka merampok ditengah jalan, atau menjambret. Jika menang judi, maka uang itu digunakan untuk berfoya-foya, madat, ataupun madon [main wanita], bahkan tega untuk membunuh ketika meminta uang atau barang yang tidak diberikannya.

Karena kesal mengatasai perilaku anaknya, maka Raden Mas Sahid, diusir dari kadipaten. Sejak itulah mengganti namanya dengan Brandal Lokajaya, agar tidak mengotori nama orang tuanya. Masarakat Tuban dan sekitarnya tidak ada yang kenal dengan nama Brandal Lokajaya, kecuali hanya seorang perampok yang sangat ditakuti.

***

Sunan Bonang, menerima laporan dari beberapa orang dan juga santrinya, bahwa telah muncul seorang preman bernama Brandal Lokajaya, yang meresahkan  masarakat, bahkan tidak ada satupun aparat Kadipaten Tuban yang berani melawannya.

Oleh sebab itu Sunan Bonang, yang sudah dapat menangkap aura Lokajaya, mencoba untuk mendekatinya. Dalam hatinya, bahwa apa yang dilakukan oleh Lokajaya sebenarnya sedang menjalani takdirnya.

Sunan Bonang kemudian memberitahu pada semua santrinya” ketahuilah para santriku semua, bahwa di Tuba nada seorang calon wali, oleh sebab itu, mari kita coba menggodanya”.

Kemudian dengan membawa bekal perhiasan yang banyak Sunan Bonang menyamar sebagai seorang sudagar [pedagang besar], menuju ke tempat Lokajaya biasanya menghadang mangsanya. Sang Sudagar ini memang sengaja memamerkan perhiasannya yang paling mahal, bahkan tongkatnya pun  dihiasi dengan ratna mutu manikam. Adapun para santrinya mengikuti dari belakang jauh.

Dalam pada itu, Raden Mas Sahidsedang kalah berjudi sabung ayam, seperti biasanya, sehabis kalah judi langsung mencegat orang yang lewat di tepi hutan.Sunan Bonang yang menyamar sebagai sudagar itu sudah sampai di tepi hutan dimana Lokajaya bersembunyi.  Dengan membawa sebuah kampil yang besar dan tongkatnya yang berkilauan, sungguh membuat Lokajaya terperangah’ yah mangsa yang gemuk”, katanya dalam hati.

“ heh kisanak, berhentilah aku minta seluruh barang bawaanmu kau tinggalkan di tempat ini, jika kau ingin selamat, dan jangan sampai aku memaksamu dengan kekerasan!”

“ hmm, kisanak yang menghadang di tengah jalan, aku tidak membawa bekal banyak, hanya  kampil ini berisi pakaian, dan sedikit uang”

“paman sudagar, jangan pura-pura tidak tahu, bukankah tongkatmu itu harganya sangat mahal, maka aku minta tongkatmu itu saja?”

“ tongkatku hanya satu-satunya, untuk membantuku dalam perjalanan. Aku kan sudah tua, jika tanpa tongkat aku mudah jatuh”

“sudahlah, ki sudagar kau berikan tongkatmu itu, atau kita melakukan duel disini, apa paman sudagar belum kenal dengan Brandal Lokajaya”

“heh, Sahid, aku tidak cuma mengenal Brandal Lokajaya, tetapi juga mengenal siapa Raden Mas Sahid”

“ Nah, kalau sudah tahu saiapa aku, kenapa barang-barangmu tidak segera kau serahkan padaku ?”

“ Sahid , aku hanya ingin mengingatkanmu saja, hentikanlah semua perbuatanmu kembalilah ke jalan yang benar. Bukannya aku tidak mau menyerahkan harta milikku, aku tidak punya apa-apa, semua ini hanya karena Allah, mintalah kepada Allah yang Maha memberi. Coba kau perhatikan  buah kolang-kaling itu, kalau Allah menghendaki, maka buah kolang-kaling itu menjadi emas berlian.”

Seketika semua buah kolang-kaling yang ada di hutan itu berubah menjadi  emas dan berlian.

“ nah sekarang kau pilih mana, masih menghendaki tongkatku ini atau ingin kolang-kaling itu!”

Sekali lagi Lokajaya menatap kilauan kolang-kaling itu, mendadak sontak terjungkal di tanah, pingsan.

“ kyai, aku bersalah, aku mohon ampun. Aku bertobat, tidak akan mengulangi perbuatanku yang telah lalu, ijinkan aku berguru pada kyai, dan akan aku ikuti kemana Kyai pergi!”

“ heh, Sahid, aku sekarang akan pergi ke Mekah, untuk naik haji, kalau kau akan mengikuti dibelakangku, kau belum sah. Karena harus mengikuti perjalanan pencerahan, yakni kau harus menjalani tapa ngluwengselama seratus hari.”

Kemudian Sunan Bonang menyuruh papra santrinya, yang sejak tadi menyaksikan dari kejauhan, untuk membuat lobang seperti mengubur jenasah. Setelah Lokajaya bersuci, dan dimasukkan ke dalam liang lahat, kemudian ditutup seperti mengubur jenazah. Ada sebatang bambu yang berfungsi sebagai ventilasi. Sunan Bonang menugasi para santri selama ditinggal pergi ke Mekah supaya setiap saat bergantian mengawasi penguburan Brandal Lokajaya, di tengah hutan Gambira.

Sèkh Malaya

Di Mekah Sunan Bonang lebih dari seratus, dan bahkan lupa jika sedang memberikan pemndadaran kepada Brandal Lokajaya. Setelah selesai ibadqah di Mekah, Kanjeng SUnan teringat pada Lokajaya yang di tanam di hutan Gambira. Maka dengan segera bergegas pulang.

Syahdan perjalanan Sunan Bonang tidak dibceritakan berapa lamanya, kini para santri yang diperintah oleh kanjeng Sunan untuk menggali kuburan si Lokajaya, tempat itu sudah penuh dengan rerumputan liar menjadi semacam grumbul.

Kondisi Lokajaya sudah seperti mayat, badannya menjadi kurus, wajahnya pucat, denyut jantungnya berhenti, tetapi nafasnya masih ada.

Jasad Lokajaya dibawa ke padepokan Sunan Bonang di Tuban, tiap hari dari mulut raden Mas Sahid ditiupkan  uap nasi panas, hingga akhirnya diteteskan madu ke dalam mulutnya..

Setelah pulih kesehatannya, Raden Mas Sahid menjalani banyak lelaku yang diperintahkan oleh Sunan Bonang, hingga benar-benar mencapai sebuah maqom auliya.

Walhasil, setelah aura raden Sahid terbuka terang, cahaya kewalian sudah terbuka. Sunan Bonang menobatkan Raden Sahid ke dalam jenjang ke walian dengan gelar Seh Melaya.


Sumber;
Babad Majapahit

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun