Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, editor my-best.id, jualan wedang rempah budhe sumar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Djogjabulary, dari A Hingga L

5 Agustus 2010   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:17 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_216758" align="aligncenter" width="322" caption="Coretan Sash'"][/caption]

Bagi Anda yang sudah lama meninggalkan Jogja mungkin ada sedikit atau banyak rasa kangen yang membuncah di dada. Sedangkan bagi Anda yang belum pernah mengunjungi kota ini mungkin akan bertanya-tanya, seperti apa sih Jogja itu? kok ada begitu banyak orang yang jatuh cinta dengan jogja? Entah Anda berada dalam golongan yang mana. Tapi saya berharap hal-hal iseng yang saya tuliskan ini dapat menambah sedikit pemahaman Anda tentang Kota Jogjah tercintah. Silahkan mengenal Jogja lebih dekat dengan membaca Djogjabulary ini.

A, Angkringan: Berawal dari kata angkring yang mendapat suffix (–an) yang bisa diartikan sebagai tempat. Sebagai contoh lapangan (tempat yang lapang), Kauman (tempatnya para kaum), atau sekolahan (tempat untuk sekolah). Jadi angkringan bisa diartikan sebagai tempat adanya angkring atau pikulan, bisa juga berarti tempat untuk ngangkring. Angkringan menjadi salah satu tempat makan sekaligus nongkrong mahasiswa berkantong tipis di Jogja. Dengan menu andalan sego kucing, sate usus, gorengan dan es teh, angkringan hadir di setiap sudut kota. Jangan ngaku ke Jogja kalo belum pernah ngangkring!

B, Bajigur: merujuk pada minuman khas Jogja yang terbuat dari paduan kopi, gula, dan santan kelapa. Namun, terkadang kata ini bisa juga digunakan untuk mengumpat. Bajigur sebagai minuman bisa ditemui di angkringan dan lesehan yang ada di Alun-alun Kidul, sedangkan bajigur sebagai umpatan bisa ditemui di mana-mana. Bajigur tenan.

C, Cum Laude: Ini berhubungan dengan indeks prestasi mahasiswa penghuni Jogja. Mahasiswa berpredikat ini memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata, IPK di atas 3,5 dengan masa studi yang cepat. Mahasiswa penerima gelar cum laude akan sangat mudah dikenali. Salah satu cirinya adalah senyum sumringah mereka dan selempang kebanggaan bertuliskan cum laude saat prosesi wisuda. Sedangkan kelompok lainya adalah mahasiswa PMDK (persatuan mahasiswa dua koma) dan mahasiswa nasakom (nasib satu koma). Untungnya saya tidak menjadi bagian dari ketiga-tiganya itu.

D, Dab: Sapaan akrab untuk laki-laki. Artinya mas. Berasal dari bahasa walikan yang sempat ngetrend di Jogja pada tahun 90-an. Anda bisa mempraktekannya kepada tukang parkir. Saat mereka selesai mengambilkan motor Anda, mungkin Anda bisa berujar “Nuwun Dab”, dijamin mereka akan tersenyum ramah.

E, Elisabeth: Ini nama saya. Bukannya mau narsis. Tapi bukankah saya termasuk penghuni kota Jogja? Sehingga wajar saja jika saya memasukkan nama saya ke dalam Djogjabulary. Lagipula di Jogja ada ratusan bahkan mungkin ribuan orang bernama Elisabeth. Anda belum ke Jogja kalo belum ketemu sama pemilik nama Elisabeth ini hahaha.

F, Festival: Jogja itu kota festival. Tak percaya? Datang saja ke Jogja. Hampir tiap bulan selalu ada festival. Mulai dari Festival Gamelan, Festival Layang-layang, Festival Museum, Festival Malioboro, Festival Bekakak, Festival Seni Internasional, dan masih banyak lagi. Silahkan Anda pilih sendiri sesukanya. Mau festival gamelan dan tari-tarian yang lemah lembut, atau festival musik jidak jiduk dengan penari yang memakai baju super mini. Mau lihat festival kecantikan putri atau kecantikan anjing. Pokoknya semua ada disini.

G, Gudeg: Ah saya pikir makanan satu ini tidak perlu saya jelaskan, karena saya yakin Anda semua sudah mengenalnya dengan baik. Oya, Gudeg juga menjadi nama salah satu portal berita yang cukup besar di Jogja. Just click here! (Yulaaaaaaa,,, kamu kudu bayar biaya promosi ke saya)

H, Hoka-hoka Bento: Katanya sih tuhan baru sesembahan anak muda Jogja. Kalo mau disebut ‘anak ghaaaool’ harus pernah makan di Hoka-hoka Bento. Ah prek! Saya lebih cinta produk dalam negeri, karena itu saya lebih memilih untuk makan di Angkringan atau Burjo. Pssttt, sebenarnya ini cuma alibi saya, soalnya dompet saya tipis jadi saya tidak kuat beli makan di sana. Jika ada kawan yang mau nraktir saya bakalan mau kok, kan saya pengen dibilang ‘ghaoool’ juga.

I, Ihiiiiir: Kata yang biasa diungkapkan oleh sesorang untuk ‘mengejek’ sesuatu yang sifatnya bahagia. Mungkin kedudukannya hampir setara dengan prikitiieeeeeew. Namun saya pikir ihiiiiiiiir lebih Njogjani. Contoh penggunaan dalam konteks bersosialiasi: Misalnya saat Anda mengetahu fakta bahwa kawan Anda baru saja jadian, maka Anda akan berkata “ihiiiiiiir ihiiiiiir, makan-makan!”

J, Jakal: Anak muda Jogja itu kreatif dan efisien. Mereka suka membangun konstruksi istilah baru untuk menyingkat nama-nama jalan. Jakal untuk Jalan Kaliurang, Jamal untuk Jalan Magelang, Japar untuk Jalan Parangtritis, Jaban untuk Jalan Bantul, dan Jaim untuk Jalan Imogiri. Oya satu lagi hampir terlupa, Jarawat untuk Jalan Raya Wates.

K, Kampus: Ya, tidak diragukan lagi Jogja itu gudangnya Kampus. Mulai dari kampus negeridengan gedung megah dan jumlah mahasiswa puluhan ribu, hingga kampus swasta dengan gedung tidak lebih baik daripada SD tempat saya sekolah dulu dengan jumlah mahasiswa hanya ratusan. Karena kampus dianggap sebagai salah satu citra yang melekat pada diri Jogja, maka ada banyak hal yang dikait-kaitkan dengan kampus. Contohnya ya itu, aktivis kampus, ayam kampus, upzzzz…

L, Lurik: Merupakan salah satu jenis kain tradisional yang berkawan karib dengan batik. Bedanya adalah jika batik memiliki motif yang bermacam-macam, maka motif lurik hanya satu, yakni garis-garis. Saat ini kedudukan lurik memang tidak setinggi batik yang beredar di mana-mana. Namun tahukah Anda? Bahwa motif lurik versi bold akan dengan mudah dijumpai di lapangan sepakbola. Lihat saja klub ACMilan dan Barca. Dengan bangganya mereka memakai lurik vertikal. Sedangkan lurik horizontal dipakai oleh gerombolan siberat. Eh kalo yang terakhir ini bukan klub bola lho.

Yakz, bagi Anda yang penasaran dengan Djogjabulary edisi M sampai Z harap tunggu tulisan selanjutnya. Saya mau bertapa dulu mencari wangsit. Oya satu hal lagi, tolong tulisan ini jangan ditanggapi secara serius. Soalnya ini murni keisengan saya saja.

Selamat hari Kamis!!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun