Sahur... sahur! Sahur... sahur!"
"Bunyi alarm yang begitu memekakkan telinga membangunkan saya dari tidur yang pendek. Ah, baru pukul 03:00 WIB. Segera saya matikan alarm, kemudian tertidur lagi. Alarm kedua berbunyi dan saya terbangun kembali. Tersadar bahwa saya memang harus bangun untuk melaksanakan ibadah sahur.
Dalam keadaan lulungu (istilah basa Sunda untuk menjelaskan kondisi setengah sadar, mohon dibantu dicarikan padanan dalam bahasa Indonesianya ya), saya duduk sejenak kemudian melangkahkan kaki menuju saklar lampu kamar. Lampu saya nyalakan.
Kemudian saya nyalakan rice cooker untuk menghangatkan nasi. Sahur kali ini saya tidak memasak, karena makanan sisa berbuka puasa masih cukup untuk dijadikan santapan sahur.
Saya langkahkan kaki menuju kamar mandi seraya membasuh muka. Ah segarnya. Kesadaran kini meningkat hingga 75%.
Sambil menunggu nasi hangat sekiranya 10-15 menit, saya nyalakan laptop untuk menonton salah satu sinetron Ramadan. Sebetulnya saya nggak terlalu fokus sama ceritanya. Yang saya butuh hanya suaranya saja untuk menemani sepi dan dinginnya pagi.
Dingin kali ini terasa berbeda dari hari biasanya. Ketika saya buka jendela, rupanya hujan tipis-tipis sedang mengguyur kota Bandung. Pantas saja terasa lebih dingin.
Nampaknya nasi sudah cukup hangat. Sepotong ayam goreng paha dan dua buah gorengan bala-bala menjadi menu sahur sederhana kali ini. Seharusnya masih ada sayur lodeh yang saya masak menjelang Magrib sebelumnya. Tapi entah kenapa setelah dihangatkan, sudah basi saja.
Mungkin ada yang salah dari cara saya memasak. Maklum, namanya juga pemula yang hanya mengandalkan tutorial masak dari internet.
Saya nikmati suap demi suap menu yang ada di hadapan saya. Bersyukur masih diberi nikmat makan yang luar biasa, apapun menunya.
Sebelum jam empat pagi, saya sudah menyelesaikan makan sahur. Tersisa kurang lebih 30 menit lagi menuju azan Subuh. Apa yang harus saya lakukan? Tidur lagi? No way!