Kegiatan ini diawali dengan pemecahan kendil oleh 3 punggawa desa yang telah dipilih oleh punggawa 12 desa di sebuah tugu di desa Pulosari. Setelah kendi dipecah sebagai tanda dimulainya kirab maka semua peserta beriringan menuju pusat pinasrahan banyu panguripan dengan tidak memakai alas kaki dan harus berjalan di bawah terik matahari dan diatas aspal panas sejauh 1 km.
Pinasrahan Banyu Panguripan
Setelah arak-arakan sampai di pusat Pinasrahan Banyu Panguripan, prosesi di lanjutkan dengan penempatan 12 punggawa desa dan 12 putri desa secara berhadapan dengan jarak lebih dari 10 meter disambut dengan tarian wong gunung. Tarian akan mengiringi 12 punggawa desa dan 12 putri menuju tempat tempat pinasrahan dengan alunan music jawa. Â Setelah 12 punggawa dan 12 putri menempatkan diri di tempat pinasrahan para penari tarian wong gunung akan menyambut punggawa ageng yang merupakan pemimpin dari 211 desa di Pemalang untuk menyerahkan banyu panguripan kepada punggawa desa.
Bupati Pemalang H. Junaedi yang merupakan punggawa ageng yang memimpin 211 Desa bersama Ketua TP.PKK Kabupaten Pemalang, Irna Setiawati Junaedi, Sabtu (1/9/2018), dengan hikmat melakukan prosesi Pinasrahan Agung Banyu Panguripan yang merupakan puncak dari serangkaian kegiatan Festival Wong Gunung yang Ke-3 tahun 2018.
Usai prosesi penyerahan banyu panguripan, Junaedi dan istri membuka kegiatan grebeg gunungan. Suasana seketika itu berubah menjadi amat meriah, saat warga dengan antusias mengikuti Grebeg gunungan dalam Festival ini.
Bupati Junaedi mengatakan, proses tersebut, adalah bagian dari upaya permohonan kepada Allah melalui perbuatan atau kerja.
"Kita berdoa tapi juga dibarengi dengan ikhtiar. Dengan mengambil air di 7 sumur, itu menggambarkan kepada masyarakat apabila kita bisa bareng-bareng Insya Allah ada barokah didalamnya", kata Bupati.
Manunggaling Banyu Panguripan
Prosesi Penyatuan banyu panguripan yang telah diserahkan kepada punggawa desa pada sumber mata air di masing-masing Desa. Â Prosesi ini menjadi prosesi yang beragam disetiap desa karena desa akan memprosesikan Manunggaling Banyu Panguripan dengan cara yang berbeda berdasarkan kesepatanan warga dan adat istiadat didesa tersebut. Â Puncak acara Manunggaling Banyu Panguripan dipusatkan di omah perjuangan Desa Gunungsari untuk menggelar do'a dan penempatan lodong keramat di omah perjuangan.
Dalam Festival ini tidak hanya prosesi sakral "sedekah bumi" melainkan mengajak seluruh  masyarakat, pengunjung maupun wisatawan untuk menikmati gelar seni, budaya dan keindahan alam Pemalang bagian Selatan.