Umar Bin Khatab pernah mengatakan "hisablah diri sebelum dihisab di hari kiamat". Â Bahkan orang yang bijak adalah orang yang sadar akan kelemahan diri yang tidak pernah berhenti mengevaluasi diri dan memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dalam bersikap.
Sebenarnya saat kita fokus menyapa diri sejatinya kita sedang fokus menaikkan kualitas diri kita. pada saat kita lebih banyak melihat ke dalam dari setiap masalah hidup yang timbul, itu akan lahir banyak kebaikan sesudahnya pada diri kita.
 Di antaranya:
- Akan selalu berprasangka baik atau khusnuzon. Walau faktanya tak sesuai dengan kenyataan. Pastinya, itu memang tidak mudah. Tapi sikap khusnuzon adalah pilihan tepat yang akan membuat hati kita menjadi tenang.
- Akan lahir pola fikir positif. mesti dalam perjalan hidup banyak kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan hati, tapi dengan berfikir positif semua akan terasa baik-baik saja.
- Lebih bergairah dalam menjalani hidup, karena manset hanya terfokus untuk lebih peka pada perbaikan diri dan menyadari tak ada yang harus disalahkan melainkan hanya harus diperbaiki dan dimaklumi.
- Mendatangkan rezeki dan mengundang banyak kebaikan dalam hidup. Seperti dalam buku  Rahasia Magnet Rezeki karya Ustadz Nasrullah. yang pernah Saya baca ada satu kalimat yang maknanya sama dengan menyapa diri yaitu satu sama terhubung, artinya saat kita diterpa ujian akibat perbuatan orang lain maka bagi orang yang berfikir positif selalu mengatakan saya yang salah, saya yang harus intropeksi diri.
Hal ini bisa mendatangkan satu pibrasi positif antara kita yang  sedang ditimpah masalah dengan orang yang mengakibatkan munculnya masalah tersebut. Yang akhirnya tidak ada rasa kecewa, kesal dan amarah yang ada tenang dan damai. Disitulah akan hadir banyak kebaikan-kebaikan dalam hidup.
Jadi, menyapa diri adalah kewajiban bagi kita sebelum kita menyalahkan orang lain. Karena sejatinya kita adalah mahluk sosial yang lahir dari latarbelakang keluarga yang berbeda, memilik karakter berbeda, budaya dan Bahasa yang berbeda. Maka wajar jika dalam hubungan atau berinteraksi sering terjadi perselisihan, beda asumsi dan beda pemahaman. Saling memaklumi dan memahami adalah kunci menyapa diri.