Mohon tunggu...
Sarlen Julfree
Sarlen Julfree Mohon Tunggu... -

saya seorang arsitek yang senang menulis. Sejak tahun 2008 sudah menjadi aktifis blogger. Pernah pula menang lomba menulis yang diadakan suatu media online.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ini Benderaku, Mana Benderamu, Kawan?

19 Agustus 2013   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:07 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah rumah yang ada disamping kiri, samping kanan, di depan serta di belakang rumah saya, hingga hari ulang tahun kemerdekaan negara kita telah terlewati, sama sekali tidak mengibarkan bendera merah-putih di halaman depan rumahnya.

Rumah para tetangga saya itu ada penghuninya. Tidak ada satu pun dari antara tetangga rumah saya itu  yang berkewarganeraan asing. Sebagian besar dari antara mereka memang bukan orang berada. Namun dapat saya pastikan kalau mereka bukanlah keluarga-keluarga miskin yang menerima dana BLSM dari pemerintah, beberapa bulan yang lalu.

Ketika ditanya, kenapa mereka tidak mengibarkan bendera merah-putih, ada 3 jawaban 'klasik' yang mereka berikan. Pertama, karena tidak mempunyai tiang bendera. Kedua, karena tidak mempunyai bendera merah-putih atau lupa dimana mereka menyimpan bendera merah-putih yang mereka miliki selama ini. Dan yang ketiga, karena sibuk bekerja sehingga tidak ingat untuk mengibarkan bendera.

Ingin rasanya tertawa terbahak-bahak saat mendengar jawaban yang mereka berikan. Namun pada sisi yang lain, jujur saja, hati dan pikiran saya terusik dengan jawaban yang mereka berikan (dengan tidak mengibarkan bendera merah-putih dalam rangka menyambut hari kemerdekaan, di halaman depan rumah mereka).

Saya ingin tertawa, karena mereka semua mengaku sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Mereka juga tinggal, hidup menetap, serta mencari nafkah di negeri yang telah memberi mereka ruang untuk berpijak dan menikmati hawa kebebasan. Akan tetapi entah kenapa, mereka seperti tidak merasa bersalah karena tidak mengibarkan bendera merah-putih pada hari kemerdekaan dari negara yang diakuinya itu.

Bukannya saya ingin mengatur kebebasan dalam menentukan sikap yang dibuat dan dilakukan orang lain. Bukan pula saya tidak mengerti dan tidak mau mengerti dengan jawaban yang mereka berikan. Akan tetapi, logika berpikir sederhana saya benar-benar tidak bisa menerima alasan yang disampaikan oleh orang-orang yang membiarkan halaman rumah mereka 'tampil beda' dalam menyambut hari kemerdekaan bangsa kita tahun ini.

Mungkin, pilihan sikap seperti itu 'berani' mereka ambil karena mereka merasa, tidak ada satu pun peraturan yang mewajibkan setiap warga negara untuk mengibarkan bendera merah-putih dalam rangka memperingati hari kemerdekaan, sehingga mereka tidak mempunyai perasaan bersalah karena tidak ada hukuman apabila mereka tidak mengibarkan bendera merah-putih setiap tanggal 17 Agustus.

Tapi, apakah mereka benar-benar lupa (atau sengaja melupakan), kalau kemerdekaan bangsa kita diraih setelah melalui perjuangan yang teramat panjang, dan tumpahan darah berjuta-juta pejuang kemerdekaan? Ada berjuta-juta anak negeri yang mengorbankan nyawanya dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari bangsa lain yang ingin menjajah kita (entah sampai kapan).

Padahal, sewaktu kita masih duduk di bangku sekolah dulu, kita sering kali diingatkan, kalau bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati dan menghargai perjuangan serta pengorbanan para pahlawannya. Begitu besar harga yang harus dibayar agar sang merah-putih dapat berkibar di angkasa.

Oleh sebab itu, nikmatnya hidup bebas di alam kemerdekaan yang kita rasakan saat ini, janganlah diartikan dengan : kita memiliki kebebasan / hak untuk tidak mengibarkan bendera merah-putih pada saat bangsa kita memperingati hari kemerdekaan, karena keberadaan sebuah bendera bukan hanya sebatas simbol atau identitas suatu bangsa, akan tetapi juga merupakan sebuah penanda kedaulatan hidup serta keberadaan 'rumah' kita sebagai bangsa.

Apa jadinya kalau kita tidak memiliki 'rumah' yang memberikan kita ruang kebebasan? Mereka yang 'enggan dan lupa' mengibarkan bendera saat perayaan hari kemerdekaan kemarin, ada baiknya mengetahui kisah kehidupan dari orang-orang yang tinggal di suatu negara, sebagai imigran gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun