Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemerdekaan Itu Hak Segala Bangsa, Mari Rayakan

24 Agustus 2025   21:00 Diperbarui: 24 Agustus 2025   21:00 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi: Perayaan HUT RI ke 80

Agustus sudah hampir habis tapi perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 80 masih terus ada. Di beberapa tempat malah semakin meriah. Banyak dari acara perayaan adalah tontonan dari rakyat untuk masyarakat banyak. 

Dalam bulan kemerdekaan ini sangat mudah ditemui berbagai aksi seni dan budaya lokal. Dari baris-berbaris anak sekolah, drumband, karnaval dan lomba-lomba yang lebih bersifat hiburan, bukan prestasi. Warga mengerahkan daya kreatifitas dan daya "juangnya" masing-masing. 

Bukan rahasia, banyak warga sebenarnya sedang berada dalam kondisi ekonomi yang tidak berlebihan, bahkan mungkin hanya pas-pasan. Tetapi dengan alasan perayaan ini terjadi hanya sekali dalam satu tahun, mereka rela "berkorban" demi bersama-sama merayakannya. Inilah saat yang tepat menyaksikan perwujudan dari jiwa gotong royong masyarakat. 

Gotong royong dalam keramaian ini juga secara nyata menjadi penggerak meningginya perputaran roda ekonomi kelas kecil-menengah. Coba amati, tepat saat memasuki bulan kemerdekaan ramai terjadi jual-beli tiang-tiang bambu, bendera, lampu kelap-kelip, umbul-umbul dan banyak lagi lainnya. 

Di pinggir jalan pedagang kaki lima dan pedagang asongan giat menjajakan barang-barang yang hanya laku di bulan ini. Barang yang belum laku bulan ini bisa disimpan untuk dijajakan pada perayaan yang sama tahun depan. 

Cat kapur untuk membuat marka gang dan jalan setapak juga laku keras. Makanan kecil, tumpeng dan segala macam jajanan banyak dibuat untuk dinikmati di saat-saat malam tasyakuran dan event lomba-lomba hiburan. 

Semua warga seakan melupakan kepenatan hidup demi menikmati kemerdekaan buah perjuangan para Pahlawan yang telah mendahului. Masyarakat luas secara implisit seolah ingin menyampaikan kabar bahwa kemerdekaan ini bukan hanya menjadi perayaan orang-orang kantoran dan para birokrat saja. Bukan hanya upacara bendera dengan segala atributnya di alun-alun atau di lapangan-lapangan terbuka lainnya. 

Warga tampak ingin memberitahu bahwa kehidmatan perayaan kemerdekaan tidak hanya bisa dirayakan di dalam gedung-gedung besar nan megah dan nyaman. Tidak harus dirayakan dalam ruang-ruang rapi-wangi, sejuk berpendingin udara dan segala macam jenis hidangan. 

Warga mempertontonkan perayaan yang sama khidmatnya di udara terbuka dalam panas terik matahari atau basah kuyup guyuran hujan.  Sesekali diselingi teriakan kata-kata sakral: M e r d e k a...!! 

Mereka, para warga, sudah cukup merasa terhormat dengan disebut paling buncit dalam pidato-pidato atau pengantar para MC, sebagai: "Yang Terhormat Para Penonton" atau "Yang Mulia Para Hadirin". Bahkan tidak disebut pun tidak ada yang komplain. 

Perayaan HUT Kemerdekaan ini juga adalah waktu bagi warga untuk bergembira-ria. Sebagian besar warga juga merasakan tambahan kegembiraan ketika di tengah keramaian tindakan nyata terhadap koruptor, OTT. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun