Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tujuhbelasannya Mundur, Tapi Hidup Terus Maju

27 Agustus 2022   20:32 Diperbarui: 27 Agustus 2022   20:41 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan Agustus 2022 sudah hampir berakhir, tetapi peringatan HUT Kemerdekaan ke 77 masih terus berlangsung. Di Kelurahan tempat penulis tinggal, acara puncak malah baru diselenggarakan pada tanggal 27 Agustus 2022. 

Maka, perayaan yang biasa disebut tujuhbelasan, tidak dirayakan di tanggal 17, tapi tanggal 27. Sepuluh hari "mundur". Itu semata karena beranekaragamnya acara dan panjangnya rangkaian perayaan. Rangkaian acaranya sendiri sudah dimulai di setiap RT sejak awal bulan Agustus. 

Di "satuan terkecil dan terdepan" pemerintahan yang disebut RT inilah dinamika dan romantika kehidupan bernegara berujung dan berdenyut. Kali ini denyutan terasa dari semarak, meriah, ramai dan hidmatnya perayaan 17-an. 

Baca juga: Hidup Akal Sehat!!

Antusiasme warga di RT ini cukup tinggi, tercermin dari semangat warga pada kegiatan membersihkan lingkungan, memasang umbul-umbul dan bendera di halaman rumah serta membarui cat marka jalan. Bahkan begitu antusiasnya, meskipun cuma gang dan jalan setapak marka jalan tetap dibuat. Dari sinilah perayaan mulai tampak semarak dan meriah. 

Kemeriahan dan kehangatan semakin terasa saat RT mulai mengadakan berbagai jenis lomba, permainan, seni, olahraga dan atraksi dengan hadiah hiburan menarik untuk para pemenang. Prioritas utamanya bukan mencapai prestasi, tetapi membangun dan meraih kebersamaan dan kesetaraan. 

Puncak acara perayaan RT diselenggarakan di atas panggung yang dipersiapkan di sebidang pekarangan kosong milik salah satu warga. Pekarangan kosong yang semula semak belukar dalam waktu singkat berubah bersih berkat kerja "gotong royong" warga dalam sebuah kerja bakti. Kerja bakti, artinya kerja untuk kepentingan bersama dengan salary (upah) diganti aneka rupa jajan. 

Layaknya puncak perayaan, di sini juga ada jamuan makan dan minum. Jamuannya cukup "mewah" berupa makan besar dengan menu empat sehat tanpa minum susu sebagai tanda kesempurnaan menu. Tidak semua perut warga akrab dengan susu, ada yang malah mencret karenanya. Orang lebih memilih teh, kopi dan sedikit gula. 

Pada acara puncak, kesetaraan dan kebersamaan warga tampak sangat nyata pada saat bersama-sama berjoget, menari dan bernyanyi. Semua warga boleh ambil bagian meramaikan acara tanpa pandang bulu, berapapun umurnya, apapun pekerjaannya, status sosialnya, yang merasa kaya atau miskin, dan laki maupun perempuan. Maka acaranya berlangsung semarak bukan kepalang dan ramai bukan main. 

Para pengamat lokal dan "amatiran" mengatakan, perayaan yang berlangsung meriah dan tumpah ruah tak tertahankan itu terjadi lantaran masyarakat sudah hampir tiga tahun ini "kering" dan "sepi" dari keramaian. Sepi dan kering tersumbat pandemi. Kini, sumbatan sekaligus dahaga hiburan masyarakat jebol dan terobati.

 Cukup menakjubkan, di tengah masyarakat yang serba seadanya itu, apapun bentuk perayaannya, semua berlangsung meriah sampai ke penghabisan. 

Kemeriahan dan keramaian itu diraih bukan karena atributnya yang glamour, atau makanannya yang mewah, mahal dan melimpah. Juga bukan karena mahalnya tarif penghibur dan wangi parfum tubuhnya. Semarak perayaan yang nyaris sampai ke dalam sumsum tulang bisa terjadi hanya karena warga merasakan kebersamaan dan kesetaraan. 

Padahal perayaan ini seutuhnya diprakarsai warga, dibiayai secara swadaya, dimotori remaja dan didukung para orang tua. Tidak ada bendera atau baliho sponsor dari perusahaan komersil atau organisasi apapun. Tidak ada satupun juga atribut Parpol. 

Mereka, warga masyarakt, untuk kepentingan lingkungan sendiri bersedia berkontribusi sesuai kemampuan masing-masing. Mereka paham, tidak akan ada pihak yang menghampiri untuk membantu dalam soal apapun, maka mereka harus mandiri. Ketika pun ada yang hadir, hampir bisa dipastikan itu ada pamrihnya. 

Warga juga sangat pahm, RT sebelah, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur hingga Presiden sudah sangat kerepotan mengurus kepentingannya masing-masing. 

Oleh karena itu tanpa basa-basi, tanpa berkeliling membawa proposal, mereka lakukan semuanya sendiri. Saling mengunjungi dan membantu saat berbahagia maupun ketika tertimpa musibah, gotongroyong dan kerja-bakti adalah praktik nyata dari hakekat hidup berdampingan. 

Apalagi hanya soal perayaan yang hanya berlangsung beberapa hari saja. Perihal kebersihan, pengelolaan sampah rumah tangga, keamanan lingkungan, kesejahteraan dan jimpitan sudah berjalan lama secara mandiri. 

Hidup menjadi seperti tanpa sekat, kalaupun ada, sekat itu sangat mudah meleleh dan mencair. Meskipun ada pagar rumah, itu semata untuk mencegah ayam tetangga masuk, bukan menutup mata dan hati terhadap kondisi lingkungan. Tidak ada pagar dinding tembok tinggi, anjing galak, dan sekat-sekat kaku yang beku dan membatu. 

Masyarakat "seadanya" di atas adalah generasi yang paham bukan saatnya lagi sekarang menggunakan bambu runcing untuk mengalahkan bedil dan meriam sebagaimana kakek neneknya memperjuangkan kemerdekaan. Mereka adalah segolongan masyarakat yang memaknai hidup merdeka dengan berswadaya dan mandiri serta terbebas dari nafsu memperkaya diri (korupsi). 

Bagi mereka, hidup di negara yang sudah 77 tahun merdeka bukan untuk berleha-leha, tetapi untuk berkembang menjadi insan berkarakter unggul. Karakter yang mantul, mental, kenyal dan tahan banting. Dalam kondisi seperti apapun tetap mampu bertahan dan menemukan jalan keluar untuk terus maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun