Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Indonesia Impian

28 Oktober 2021   19:17 Diperbarui: 28 Oktober 2021   19:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Meskipun sudah bukan pemuda tetapi bisa ketemu dengan Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 2021, adalah sesuatu yang sangat membahagiakan. Bahagia karena bisa merasakan menjadi bagian dari bangsa yang besar yang sedang kembali memperingati getaran semangat Sumpah Pemuda. 

Bukan pemuda lagi karena menurut UU No 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 sampai 30 tahun. Diluar itu katakan saja masuk kategori anak-anak dan kalangan tua. 

Tahun 2020 lalu, sensus penduduk mencatat ada sekitar 144 juta atau 52% penduduk Indonesia masuk kategori pemuda. Jumlah yang besar sekali. Untuk merekalah peringatan hari besar ini dipersembahkan. Hanya bangsa yang besar yang mampu menghargai perjuangan para pahlawan. Tujuannya antara lain agar rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia semakin tebal. 

Pemuda Indonesia beruntung, para pemuda pendahulu telah mewariskan riwayat perjuangan dan pergerakannya yang layak diperingati oleh generasi sekarang. Meski disebut Hari Sumpah Pemuda, hari besar yang satu ini sepatutnya diperingati bukan hanya oleh pemuda tetapi juga oleh seluruh warga, dari yang masih dalam masa kanak-kanak hingga warga yang sudah masuk golongan tua, kakek-kakek dan nenek-nenek. 

Tidak boleh dilupakan, yang sekarang masih anak-anak pada saatnya kelak juga akan menjadi pemuda.  Sedangkan yang sudah masuk kalangan tua, kakek-nenek, dulu juga pernah menjadi pemuda. 

Masa anak-anak adalah masa puncak pertumbuhan dan perkembangan jiwa--raga manusia.  Masa yang sering diibaratkan sebagai masa emas. Apabila baik di masa ini akan baik pula pertumbuhan dan perkembangannya di masa-masa berikutnya. 

Masa inilah anak-anak yang sehat biasa melambungkan segala rupa cita-cita dan impian tinggi, sering-sering sampai menyentuh langit. Saat-saat itu pula cita-cita dan impian mereka sering berubah. Sesuatu yang lumrah terjadi karena bagi anak-anak, keinginan dan cita-cita sangat dipengaruhi oleh apa yang dilihat dan dirasakannya saat itu. 

Tidak aneh kalau menemui anak-anak yang kemarin ingin jadi dokter, hari ini ingin menjadi tentara dan besok lusa berubah ingin menjadi pengusaha. Bagusnya, aneka rupa mimpi-mimpi dan keinginannya itu bisa menjadi pijakan dalam melangkah ke masa-kehidupan berikutnya. Jauh lebih baik dibandingkan tidak punya mimpi satupun. 

Mimpi dan keinginan anak-anak juga bersih tanpa dibeban kendala bagaimana cara mencapainya. Mimpi seperti itu turut andil dalam membentuk idealisme seseorang. Oleh karena itu, membangun mimpi bagi anak-anak adalah juga modal besar untuk masa depannya. 

Jika anak-anak ikut serta memperingati Hari Sumpah Pemuda itu sama dengan memberi kesempatan untuk memperkaya imajinasi dan memperkuat idealismenya. Suatu saat nanti imajinasi dan idealisme akan bermanfaat terutama saat menginjak masa sebagai Pemuda.. 

Secara alamiah pemuda akan terbangun dari anak-anak yang tumbuh dan berkembang seiring dengan usianya. Salah satu pertanda pemuda unggul adalah hidupnya sarat dan erat memegang idealisme tetapi sekaligus juga sensitif terhadap kenyataan yang terjadi di sekelilingnya. Ibaratnya seperti memiliki mimpi (idealisme) dengan tetap menginjak bumi (realitas). Idealnya memang selalu ada gap antara idealisme dengan realitas. 

Itulah yang terjadi 93 tahun, hampir satu abad, yang lalu. Para pemuda melihat gap antara mimpi ingin menjadi bangsa merdeka dengan kenyataan hidup bangsa masih terjajah. Gap itulah yang menjadi salah satu pemicu para pemuda dulu menyuarakan dengan lantang sumpahnya. 

Inilah isi sumpahnya: "Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonsia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indoensia". Sumpah yang menggetarkan jiwa ini menjadi salah satu benih semangat perjuangan untuk memerdekakan Indonesia dari penjajahan. 

Tak diragukan, Sumpah Pemuda menjadi satu modal penting bagi bangsa Indonesia dalam perjuangan panjang mencapai kemerdekaan pada tahun 1945, merdeka dari penjajahan. 

Sekarang inilah saatnya untuk belajar dan meneladani apa yang sudah dilakukan para pemuda dahulu. Salah satu pelajaran pentingnya adalah, demi perjuangan untuk meraih kemerdekaan, berapa pun besar perselisihannya dan sejauh apapun beda pendapatnya, semua bersatu menghadapi penjajah. Impiannya satu yaitu merdeka dan musuh besarnya pun satu, yaitu penjajah. 

Saat ini, kemerdekaan negara sudah 76 tahun lalu diproklamasikan. Sumpah pemuda sudah dilantangkan 93 tahun yang lalu. Penjajah Belanda pun sudah lama minggat. Namun sebagai bangsa besar tidak boleh lengah. Bangsa yang tokoh-tokohnya diakui dunia, bangsa yang pemuda-pemudanya menjuarai berbagai lomba tingkat dunia, bangsa yang menghuni kawasan sangat luas dari Sabang hingga Merauke dan bangsa yang mengelola sumberdaya alam yang luar biasa kayanya. 

Sebagai bangsa besar harus tetap memiliki kewaspadaan. Perkembangan jaman sudah sangat jauh. Sekarang, hegemoni tidak lagi mengandalkan kekuatan senjata, tetapi mengandalkan ekonomi, budaya dan teknologi. Maka, musuh bersama saat ini bukan penjajahan sperti dulu. 

Sebagai bangsa yang sering menempati posisi sentral dalam pergaulan internasional, pemudanya harus tetap unggul dan tidak boleh tertinggal dalam bidang apapun dari bangsa lain. Harus tetap unggul dan mumpuni hidup di tengah-tengah pusaran pergaulan dunia yang tak kenal belas kasihan. Dunia yang tak kenal ampun, dunia yang hanya memberi peluang kepada yang benar-benar unggul, mumpuni dan memiliki semangat kuat untuk maju. 

Lihat saja serbuan produk luar negeri ke negeri kita ini, dari teh (Thai tea), kopi hingga daging sapi. Belum lagi sejenis game online, berbagai platform komunikasi virtual dan banyak lagi yang lainnya. Terlalu banyak untuk disebut satu-satu. 

Tidak ada jalan lain. Pemuda harus memiliki semangat berapi-api untuk menjadi insan unggul. Insan yang menomorsatukan kejujuran. Insan yang kukuh memegang idealisme. Insan yang memiliki rasa malu karena negeri diserbu produk luar negeri. Insan yang bercita-cita mempergencar menyerbu balik produk dalam negeri ke luar negeri. 

Karena Pemuda adalah calon pengendali Negara di waktu yang akan datang, maka pemuda harus bermental kuat, pantang menyerah untuk terus maju. Insan yang terus belajar dan berkarir setinggi-tingginya tanpa terbebani kenyataan bahwa untuk menjadi Presiden boleh hanya berijazah SMA sederajat, bahkan lulusan SMP bisa menjadi Menteri. Maju pemudanya maju pula negaranya. 

Lalu di mana peran kalangan tua? Tidak banyak yang bisa diperankan oleh kalangan tua dan tidak bijak juga jika terlalu banyak mencampuri urusan para kawula muda. Cukup memberi teladan. Meskipun sudah disebut tua, belum terlambat untuk memberi teladan-teladan yang baik. 

Memberi teladan bahwa mewujudkan mimpi indah menjadi kenyataan adalah dengan kerja keras yang nyata, bukan dengan tetap tidur dan terus menerus bermimpi. Purwokerto, Hari Sumpah Pemuda 2021. 

Purwokerto, 28 Oktober 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun