Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Pengajar dan pembelar

Mengajar sejak 2020. Menjadi ibu sejak 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

MBG Mengganti Bekal dari Ibu

28 September 2025   23:07 Diperbarui: 29 September 2025   07:37 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru ikut makan menu MBG/dokumentasi pribadi

 Sisa MBG yang diolah lagi oleh ibu/dokumentasi pribadi
 Sisa MBG yang diolah lagi oleh ibu/dokumentasi pribadi

Berdasarkan hasil pengamatan saya tentang MBG ini, ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya meringankan ibu-ibu wali murid untuk tidak repot setiap pagi membuatkan bekal anaknya. Namun meskipun demikian, sebagian mereka tetap khawatir sehingga mereka ada yang masih membawakan bekal anaknya, bahkan melarang anaknya untuk makan MBG.

Kemudian kelemahannya, seperti keracunan karena tidak jelas pengolahannya bagaimana, bahan yang digunakan tidak diketahui apakah fresh atau tidak. Juga, sisa MBG banyak yang mubazir.

Tanpa MBG saya rasa anak-anak Indonesia akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, malah dengan adanya MBG, ibu-ibu sekarang khawatir jika anaknya kenapa-napa di sekolah.

Pernah siswa saya waktu pelajaran tidak kenapa-kenapa, tapi setelah makan MBG dia langsung muntah-muntah di dalam kelas. Lalu anak tersebut tidak masuk beberapa hari karena sakit. Saat saya tanyakan kepada ibunya, untungnya tidak keracunan MBG, mungkin hanya tidak cocok dengan makanannya, di mana waktu itu menunya adalah gelatin yang dibumbui.

Jauh sebelum program MBG dilaunchingkan, beberapa sekolah terutama sekolah-sekolah swasta ada yang sudah menerapkan program dapat makan dari sekolah. Dananya ada yang berasal dari iuran, ada juga yang diakumulasikan dengan uang SPP.

Di sekolah saya dulu di SMA (2010) juga termasuk sekolah yang menerapkan program ini. Ada dapur milik sekolah yang menyiapkan makan untuk makan siang kami, karena dulu kita sering pulang sore sekitar jam 5. Biaya makan siang telah diakumulasi dengan SPP sehingga langsung dibayar sistem bulanan.

Waktu saya penelitian untuk skripsi di sebuah sekolah SMP Muhammadiyah Klaten (2016), sekolah ini juga telah menerapkan hal serupa. Bahkan saya pun ikut di ajak makan bersama di sekolahan tersebut.

Sudah banyak sekolah-sekolah yang menerapkan program makan yang dikelola sekolahan. Seperti salah satu yang diberitakan menolak MBG ini.



Di sekolah anak tetanggaku juga telah menerapkan program ini. Tapi saat saya tanya kepada ibunya apakah masih mendapatkan MBG, katanya juga masih mendapat MBG karena jika tidak menerima MBG pihak sekolah mendapatkan ancaman.

Saya rasa pemerintah tidak perlu capek-capek membuat program makan bergizi ini. Karena sebelum pemerintah mengadakan program tersebut, banyak sekolah-sekolah yang sudah memberikan makanan bergizi kepada siswa-siswanya. Tidak ada masalah yang urgent, sudah disepakati dengan wali murid, dan tidak ada keracunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun