Dinding di tempat jatuhku menatap begitu imut. Warna pink dengan lingkaran kuning dan ungu.
Seperti tinggal di sebuah kamar kost, hanya ada satu tempat tidur dan satu meja laci.
Dalam satu ruangan ini, ada 6 kamar. Tapi hanya terisi empat. Perempuan-perempuan yang mengalami luka setelah melahirkan. Kecuali aku, fisikku tidak terluka, tapi operasi ini harus tetap ku jalani.
Semalam bahkan aku tidak bisa tidur, seumur hidup baru ini aku alami, tidur bagai orang pesakitan.
Semalam adalah hari debat panjang yang melelahkan. Agar operasi panjang ini berjalan, orang tua harus tanda tangan.
Kata orang tua, begitu menyakitkan bagiku. Mana ada orang tua yang rela anaknya dijadikan percobaan oleh dokter. Begitulah gambaran operasi menurut orang tuaku.
Maka, setelah debat panjang yang melelahkan itu, aku tetap tidak bisa tidur. Bukan karena besok dioperasi, tapi bagaimana jika esok aku mati lantas orang tua tak tau aku mati.
Mungkin mereka akan mengatakan aku bunuh diri melalui tangan dokter. Dan mereka akan menangisi kebodohanku yang tak mendengarkan orang tua.