Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tertolak

10 Oktober 2019   14:08 Diperbarui: 10 Oktober 2019   14:52 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku yang tertolak. Tertolak dari profesi kehidupan. Tertolak dari komunitas sosial. Tertolak dari perjuangan impian. Tertolak di kota orang. Tertolak di tanah sendiri. Dan yang paling perih adalah. Tertolak darimu.

Kamu yang tidak pernah kuperjuangkan. Kamu yang datang tanpa kuimpikan. Kamu yang tak ingin kukenal. Tapi kamu menolakku.

Saat aku benar-benar buntu, aku masih mampu membangun cita-cita masa depan. Tapi aku tak sanggup membangun anganku bersamamu.

Aku berusaha mengakhiri penolakan kehidupan terhadapku. Tapi lagi-lagi aku mendapatkan penolakan itu.

Aku, malang melintang mencari arah. Mencari kehidupan terbaik. Mencari seseorang.

Luka dan tangis kini hanya lamunan sementara. Lalu hilang, dan kembali mengejar. Aku telah kebal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun