Mohon tunggu...
sari yuliana
sari yuliana Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Literasi Digital untuk Kemanusiaan: Saatnya Jadi Netizen yang Berempati, Bukan Emosi!

14 Mei 2025   13:32 Diperbarui: 14 Mei 2025   13:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Mencegah Polarisasi Sosial

Hoaks dan ujaran kebencian membuat masyarakat mudah terpecah dan saling curiga. Tetapi, jika kita menjadi netizen yang kritis, cermat, dan bijak serta tidak asal share suatu berita, kita bisa membangun dunia digital yag nyaman, manusiawi, serta bisa memutus rantai kebencian ini dan akan membawa pengaruh positif bagi kita dan orang-orang disekitar kita.

2. Meningkatkan Empati Digital

Mengomentari dengan sopan, menghargai perbedaan pendapat, serta tidak menyebarluaskan identitas atau informasi pribadi orang lain tanpa izin (doxing) adalah bentuk nyata dari kemanusiaan di ranah digital.

3. Melindungi Privasi Orang Lain

Data pribadi bukan untuk konsumsi publik. Netizen yang literat (melek literasi digital) pasti akan paham bahwa membagikan informasi pribadi orang lain tanpa izin bisa membahayakan, serta netizen yang literat tahu batas-batas digital yang manusiawi.

Beberapa langkah-langkah untuk menjadi netizen yang berempati dan bukan emosi.

Gak perlu jadi superhero. Cukup mulai dari diri sendiri dengan:

  • Verifikasi Sebelum Share 

Dengan jangan langsung percaya dan membagikan informasi yang belum tentu benar. Biasakan cek fakta dari sumber terpercaya sebelum klik "share".

  • Pikirkan Dampaknya

Komentar yang kasar dan menyakitkan itu bisa berdampak besar pada kondisi mental seseorang. Jadi, selalu pikirkan dulu sebelum mengetik untuk memberikan komentar di media sosial.

  • Jaga Privasi Diri Sendiri dan Orang lain 

Menggunggah foto, cerita, atau data orang lain tanpa izin bisa menjadi bentuk pelanggaran privasi. Oleh karena itu, jadilah netizen yang menghargai ruang pribadi sesama.

Selain itu, masih ada beberapa contoh lainnya yaitu mulai dari:

  • Berkomentar yang positif dan tidak mengajak orang-orang untuk berkomentar negatif di media sosial.
  • Tidak membagikan screenshot chattingan yang bersifat privat ke media sosial.
  • Tidak berkomentar kasar jika ada orang yang berkomentar negatif.
  • Tidak membuat keruh grup dan menambahkan orang lain tanpa izin.
  • Tidak ngetag teman tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
  • Tidak langsung membagikan informasi kecelakaan.

Tonton videonya juga!

Untuk kamu yang lebih suka belajar lewat video, saya juga buatkan versi videonya agar kamu makin paham dan siap menjadi agen literasi digital yang berempati dan bukan emosi!

Tonton Disini ya teman teman

Dunia digital seperti hutan yang luas, liar, dan tak selalu aman. Di dalamnya, ada informasi bermanfaat, tetapi juga ada informasi jebakan seperti hoaks, ujaran kebencian, dan jebakan privasi yang mengintai. Semua orang bisa tersesat jika tidak dibekali dengan kompas moral dan kecakapan digital yang cukup.

Literasi digital bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Saat ini, kita tidak hanya berinteraksi secara fisik, tetapi juga secara virtual dan seringkali, dunia maya justru menjadi tempat pertama kita menyuarakan pendapat, mengekspresikan diri, bahkan membentuk opini publik. Maka dari itu, penting untuk memastikan bahwa setiap tindakan digital kita mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun