Mohon tunggu...
Maya Puspitasari
Maya Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - SMPN 3 Pante Bidari

Seorang guru penggerak yang terus tergerak, bergerak, dan menggerakkan demi mencerdaskan anak bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Pendidikan

29 Januari 2023   23:06 Diperbarui: 29 Januari 2023   23:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mutiara Sekolah Alam (sumber: Maya Puspitasari)

KECERDASAN EMOSIONAL DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Pemimpin adalah seorang manajer yang perannya sangat menentukan hidup, mati, atau berkembangnya sebuah lembaga/organisasi. Setiap peran yang dimainkannya akan sangat berdampak pada reaksi bawahannya, dalam hal ini bisa jadi karyawan/staf di sebuah lembaga/organisasi. Dalam kepemimpinannya seorang manajer harus memahami manajemen yang baik dalam mengelola dan mengayomi bawahannya. Ia harus menjaga hubungan yang harmonis dengan karyawan/stafnya demi mencapai satu tujuan yang sama. Bagaimana seni seorang pemimpin dalam memotivasi dan mempengaruhi karyawan/stafnya untuk terus bergerak ke arah tujuan yang sama, inilah kecerdasan emosional pada hakikatnya. Seperti pendapat Daniel Goleman dalam bukunya, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdo'a.

Selama menjalankan peran dalam kepemimpinannya, seorang pemimpin harus menyampaikan atau memberi instruksi yang jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman pada karyawan/stafnya, apa yang mesti atau tidak dilakukan. Kemudian menjadwalkan pengawasan terhadap pekerjaaan yang menjadi tanggung jawab karyawan/stafnya secara menyeluruh, serta mengevaluasi hasil kerjanya. Tak jarang terkadang ada tekanan-tekanan target pekerjaan yang harus segera dicapai dalam waktu dekat, sementara hasil yang sudah dikerjakan oleh karyawan/staf masih jauh dari kata sempurna. Maka dalam posisi ini kadang-kadang kerap terjadi pergejolakan emosi yang tak terkendali. Bisa saja antara pemimpin dan bawahan saling merasa benar atau sebaliknya. Untuk menyikapi hal-hal seperti itu dibutuhkan kecerdasan emosional yang matang agar yang mencuat ke permukaan bukanlah permasalahan melainkan penyelesaian masalah. Bukan mencari siapa benar siapa salah, namun mencari jalan keluar terbaik seperti apa.

Pada posisi seperti itu, seorang pemimpin akan merespon berdasarkan kecakapan emosionalnya, seperti self-awareness (kesadaran diri) bagaimana seharusnya bersikap, mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan. Self-regulation (penanganan diri) bagaimana seseorang mampu mengelola emosinya sehingga yang muncul adalah reaksi positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kepuasan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

Kecerdasan emosional berikutnya adalah motivation (motivasi) mendorong gejolak harapan dalam diri untuk terus melakukan yang terbaik demi mencapai sasaran, tetap dalam koridor kesuksesan bersama. Empathy (empati), merasakan apa yang orang lain rasakan, apabila dalam posisi dirundung tekanan, berusaha memahami perspektif bawahan, meningkatkan rasa saling percaya dan mampu menyeimbangkan diri dengan berbagai macam individu. Social skill (keterampilan sosial) cermat membaca situasi dengan tetap menjaga tekanan emosi saat berinteraksi dengan orang lain, menggunakan kecakapan ini dalam hal mempengaruhi dan memimpin, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan permasalahan, serta menjaga kekompakan tim dalam bekerja sama.

Dapat dibayangkan bagaimana rasanya berada dalam roda kepemimpinan seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional tinggi? Sungguh sangat menyenangkan, bukan? Semua program yang telah direncanakan dapat berjalan sesuai target capaian, tidak mesti cepat, yang penting tepat. Berkerja dengan hati tenang dan suka cita. Dengan bergandeng tangan menyatukan persepsi dan target capaian yang sama demi berkembangnya sebuah lembaga/organisasi, maka semua pekerjaan akan terasa ringan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun