Mohon tunggu...
Sari Azis
Sari Azis Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis. Alumnus Fisip Universitas Mulawarman Samarinda. LPTB Susan Budihardjo Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena Ajang Award-Awardan di Indonesia

23 Januari 2016   06:00 Diperbarui: 23 Januari 2016   09:12 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sudah jadi rahasia publik. Beberapa tahun terakhir ini menjamur ajang award-awardan di Indonesia. Dari film sampai tayangan infotainment diawardkan. Mungkin suatu saat akan ada award penonton terfavorit hingga hater terkeji. Menggelikan. Sepertinya stasiun televisi di republik ini berlomba-lomba untuk menunjukkan keperkasaan mereka sekaligus untuk sarana promosi lebih tinggi. Namanya ajang untuk eksistensi diri wajarlah bila kemudian acara tersebut sengaja dibuat untuk kebahagiaan mereka sendiri. Demi membanggakan mereka sendiri. Swasembada gengsi. Hingga mencurigakan sebagian orang bahwa acara itu settingan belaka karena pemenangnya pastilah artis, sineron, atau acara yang sedang tayang di stasiun teve itu saja. sementara nominasi lain sebatas penggembira. Pelengkap saja karena tak mungkin nominasinya hanyaada satu atau dua untuk artis yang ada di wadah yang sama. Terlalu transparan. Tentu saja untuk mengeruk uang lewat sms dan sebagainya. Luar biasa. Itu sebabnya saya tak pernah mau latah memilih si A atau si B. Buang-buang uang. Buang-buang pulsa. Mending buat beli gorengan. Kenyang. Gimmick tak hanya berlaku pada sang artis atau acara yang sedang di tayangkan semata tapi sudah mencakup pada ajang yang akan melombakan mereka juga. Gimmick berjamaah.

Sebagai penyuka segala tayangan acara di berbagai stasiun televisi dan update berita internet, tentulah saya tahu artis atau acara apa yang sedang booming. Tahu gosip apa yang menjual dan jadi headline di mana-mana. Khatam. Hingga paham jika di satu stasiun televisi bikin ajang award film, musik, gosip, atau lomba ini itu yang latah menjamur maka siapa yang kira-kira pasti menang? Kita pun paham mana yang berkualitas. Mana yang pantas bawa pulang award. Tapi inilah Indonesia. Di sini tak penting kualitas. Jika dulu ajang award-awardan hanya milik satu nama seperti piala Citra atau Ami Award maka kini yang model seperti itu ada beberapa. Setiap kali kelar ajang award-awardan itu tak mutlak menghasilkan kepuasan penonton apalagi di jaman sekarang di mana media sosial merajalela menguasai lahan tumpah ruah orang untuk mengemukakan jeritan hati dan pemikirannya, maka apa yang terjadi hari ini secepat kilat mendapat komentar dari pujian hingga celaan bahkan makian. Menjadi polemik.

Jangan harap ajang penghargaan di sini akan seperti di Amerika sana. Walau kadang pro dan kontra ada namun di redam oleh netralitas dan kualitas nalar pemirsa dan tentunya para jurinya. Semoga saya tidak sok tahu dan salah menyampaikan opini. Di Emmy, Oscar, hingga Grammy Award mana ada pemegang awardnya artis yang lagi top di satu lahan. Di sana juga di Eropa dan belahan Asia lain, jika menyangkut award-awardan tersebut maka dipilih juri netral yang menjuri seluruh stasiun televisi bukan perwakilan satu televisi walau yang menayangkan satu televisi saja. Di Indonesia kita sudah bisa menebak siapa juara walau diumumkan saja belum walau sang juara itu masih kalah populer bahkan bagus dibanding kompetitornya. Percayalah. Walau itu aktor atau artis sejuta umat jika ia tak beredar di tayangan satu stasiun teve, maka tamatlah riwayatnya. Ia hanya akan jadi pelengkap penderita artis aktor yang reguler mengisi tayangan di stasiun yang bikin ajang award-awardan. Sudah sepantasnya pemerintah menertibkan hal-hal konyol seperti ini. Atau membiarkan dan memberi arahan pada stasiun televisi bersangkutan untuk lebih spesifik memberi label pada ajang penghargaan yang mereka buat. Misalkan; ajang award-awardan ini khusus di selenggarakan untuk semua artis dan acara yang hanya tayang di stasiun televisi kami saja! Hingga sejak awal kita tahu, tak perlu menyumpah ketika mengetahui hasilnya. Hingga para hater tak semakin menggurita membully orang di medsos. Kejujuran itu menyakitkan di awal saja kemudian lenyap dimakan tayangan award lain tanpa harus meninggalkan bisul yang bila pecah malah belakangan bikin sakit berkepanjangan umat pemirsa.

Ajarilah kejujuran pada kita karena mereka adalah media yang menemani kita untuk tahu dunia di luar rumah kita. Sudikah mereka jujur? Beranikah mereka mengakui kekalahan jika yang menang justru artis dan tayangan dari stasiun televisi lain? Ini Indonesia. Mana mungkinlah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun