Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Aashi] Masihkah Rembulan Bersinar

12 Juli 2019   19:17 Diperbarui: 12 Juli 2019   21:20 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam pekat aku melukis rembulan di tanggal lima belas. Wajahnya suram dalam dingin gemelugut yang membentang memanggul luput.
"Biar aku sendiri menapak seribu jalan suci menuju Roma," pintanya dalam senyum paling pahit.

Dan aku, hanya mampu menatap nanar dengan tangan kaki terbelenggu, tanpa guna.
Rembulan patah terus senandungkan gurindam bernafas smara, membelai ragaku dengan berita ia akan tetap bersinar.

aaaaarrrggghhh!!!
Sebagai pencatat segala hitam kutulis surat pada langit. Tak adakah merpati yang sampaikan kesah ini? Agar pendar raja malam tak lagi pudar.

#poeds 1207q9

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun